Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Korban Banjir Waringinjaya Butuh Bantuan

MENUNGGU BANTUAN : Warga beraktifitas di depan tenda darurat yang didirikannya di bantaran rel kereta api Desa Waringinjaya Kedungwaringin, Selasa (9/2). Warga korban banjir memilih mengungsi di bantaran rel karena dataran yang lebih tinggi. ARIESANT/RADAR BEKASI
MENUNGGU BANTUAN : Warga beraktifitas di depan tenda darurat yang didirikannya di bantaran rel kereta api Desa Waringinjaya Kedungwaringin, Selasa (9/2). Warga korban banjir memilih mengungsi di bantaran rel karena dataran yang lebih tinggi. ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ratusan warga Kampung Pacing Pelawad, Desa Waringinjaya, Kecamatan Kedungwaringin, terpaksa mendirikan tenda darurat di pinggir rel kereta. Hal ini dilakukan, setelah air dari Sungai Citarum maupun Cibeet meluap dan merendam puluhan rumah, Senin (8/2) kemarin.

Kondisi pengungsian dipinggir rel ini sangat memprihatinkan, karena tenda yang di dirikan oleh warga sangat tidak layak, mengingat saat hujan air masuk ke dalam tenda. Terlebih, warga harus berhati-hati, karena kereta setiap saat melintas.

Pantauan Radar Bekasi, warga mulai bayi hingga lansia harus bertahan dalam kondisi yang seadanya. Bahkan, untuk kebutuhan makan dan minum para pengungsi ini harus mengeluarkan uang sendiri, karena tidak adanya bantuan yang diberikan.

“Enggak ada tempat pengungsian yang disediakan. Boro-boro tempat pengungsian, air segelas saja kaga ada yang memberikan dari semalem,” ujar salah seorang pengungsi, Elis, saat ditemui dilokasi, Selasa (9/2).

Dia menceritakan, air datang sekitar pukul 22:00 WIB. Kedatangan air secara tiba-tiba ini sempat membuat warga histeris. Pasalnya, air luapaan dari dua sungai ini sangat deras, dengan ketinggian hingga satu meter. Seketika, warga bergagas menyalamatkan diri ke pinggir rel kereta, mengingat dataran tanahnya lebih tinggi.

Dia mengaku terpaksa membuat tenda darurat dipinggir rel kereta, karena tidak ada tempat untuk mengungsi. “Tidak ada lagi tempat pengungsian selain disisi rel kereta kaya gini. Takut mah takut, tapi enggak ada pilihan lain,” ungkapnya.

Ibu dua anak ini mengaku, pada Senin (8/2) malem, saat warga sudah mendirikan tenda darurat, hujan kembali turun. Akibatnya, air masuk semua ke dalam tenda, sehingga para pengungsi tidak ada yang bisa tidur. Menurutnya, banjir ini setiap tahun. Dan memang tidak pernah ada bantuan.

“Enggak pernah dapat bantuan. Boro-boro, tenda sobek saja kaga pernah diberikan, apa lagi tenda yang bener,” tukasnya.

Sejauh ini, para pengungsi memasak sendiri di masing-masing tenda darurat, dengan kompor gas yang berhasil diselamatkan. Elis menegaskan, semua kebutuhan dibeli sendiri oleh warga yang mengungsi. Sehingga pengungsi yang tidak punya uang, hanya bisa pasrah.

“Untuk makan selama dipengungsian, kita patungan membeli telur dan sebagainya, seadanya saja. Kalau enggak punya duit sendiri, paling minta. Kami berharap, bisa ada solusi untuk mengantisipasi banjir ini, karena setiap tahun selalu banjir,” sambungnya.

Camat Kedungwaringin, Asan Asari mengklaim, Bupati Bekasi sudah memberikan himbauan untuk merelokasikan tempat-tempat pengungsian. Saat ini, ada lima tempat pengungsian yang sudah disiapkan oleh pihak kecamatan dengan memanfatkan gedung sekolah.

“Ada lima sekolah, dengan jumlah ruang kelas sebanyak 20, yang sudah terisi hanya sebelas. Sedangkan sembilan ruang lagi belum,” katanya.

Kata dia, sembilan ruang kelas yang belum terisi, akan digunakan untuk menampung para pengungsi yang kini mendirikan posko dipinggir rel kereta. Namun, mereka (pengungsi) menolak untuk dipindahkan ke tempat yang sudah disiapkan. Menurutnya, jumlah pengungsi disisi rel kereta api sebanyak 150 orang.

“Tadinya, sembilan ruang itu untuk pengungsi dipinggir rel kereta, ternyata yang bersangkutan bertahan. Jadi memang pengungsi itu tidak mau dipindahkan. Sebenarnya, kami sudah memberikan himbauan, agar tidak mengungsi dipinggir rel, karena sudah disiapkan tempat yang lebih layak,” sambungnya.

Untuk kebutuhan makan para pengungsi yang berada dipinggir rel kereta, dia mengaku akan distribusikan dari posko dapur umum yang sudah disiapkan. Sedangkan bantuan tenda sendiri,aka nada bantuan dari BPBD Kabupaten Bekasi. Menurutnya, sebenarnya ada tenda di kantor kecamatan, tapi tidak mungkin dipasang dipinggir rel kereta.

“Untuk tenda, sebenarnya dari BPBD ada, akan tetapi kalau untuk dipasang dipinggir rel tidak mungkin. Lalu untuk distribusi makan dikirim dari posko dapur umum,” ucapnya.(pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin