Berita Bekasi Nomor Satu

Tiga Kakak Beradik harus Jalani Pengobatan Rutin

DITINJAU: Keluarga pasangan Sah Ronih (48) dan Siti Chodijah (37) ketika kedatangan Anggota DPRD Kota Bekasi, Heri Purnomo bersama Kepala Dinas Kesehatan dan Puskemas, Senin (31/10). IST/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tiga dari tujuh anak pasangan Sah Ronih (48) dan Siti Chodijah (37) harus menjalani pengobatan rutin. Mereka di diagnosa menderita penyakit hidrosefalus dan masalah pertumbuhan. Ketiga anak mereka yakni MA (6) MAY (4) dan NSP (2).

Pengobatan ketiga anak Siti Chodidjah (37) dan suami memang sudah ditanggung oleh jaminan kesehatan sejak awal. Tapi, tetap harus ada yang dikorbankan untuk memastikan ketiga anaknya mendapatkan pengobatan, mulai dari pendidikan anak tertua hingga pekerjaan Siti.

Tiga dari tujuh bersaudara ini diketahui menderita penyakit berbeda. Kondisi ini membuat tumbuh kembang hingga aktivitas keluarga terhambat. Siti bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) di pusat perbelanjaan, sedangkan suaminya bekerja sebagai buruh serabutan.

Penghasilan keduanya tidak tergolong tinggi, penghasilan bulanan Siti dibawah Upah Minimum Kota (UMK). Belum lagi sistem bekerja masih on off sejak pandemi, dalam sepekan ia mendapat jatah bekerja tiga sampai empat hari saja.

Kondisi kesehatan buah hati pertama sampai yang ke empat normal, situasi itu berbeda dengan tiga anaknya yang terkahir. Menurut keterangan Siti, anak nomor lima yang saat ini berusia 6 tahun memiliki riwayat gejala epilepsi, hal ini membuat syaraf di kepala anaknya mengalami gangguan, tumbuh kembangnya tidak seperti anak-anak lain yang seusia.

Gejala awal dimulai pada saat anaknya berusia tiga tahun, mendadak mengalami kejang pada malam hari. Sejak saat itu kejang berlanjut setiap satu sampai tiga bulan.

“Nggak sakit nggak apa, drastis langsung masuk ICU, semenjak itu jadi kaya sebulan sekali, tiga bulan sekali kejang-kejang. Akhirnya dia ada riwayat epilepsi, minum obat rutin,” kata Siti, Senin (31/10).

Sejak saat itu, ia rutin mengantarkan anaknya menjalani perawatan di RSUD Kota Bekasi.

Sementara anaknya yang keenam, berusia 3 tahun didiagnosa menderita Hidrosefalus. Satu tahun yang lalu telah menjalani operasi untuk mengeluarkan cairan di kepala, kondisinya belum pulih seperti anak-anak yang lain.

“Malah dia belum bisa duduk, masih mending abangnya masih bisa duduk,” tambahnya.

Sedangkan buah hatinya yang terakhir, belum diketahui diagnosanya secara pasti. Siti mengaku, meskipun di Faskes tingkat satu sudah dirujuk, ia belum memeriksakan anaknya yang saat ini berusia 2 tahun ini ke RSUD Kota Bekasi.

Informasi sementara yang ia terima, anaknya menderita kelainan, mulai dari ukuran kepala yang relatif lebih kecil dibandingkan anak-anak yang lain, sampai berat badan yang tidak sesuai dengan usianya, dugaan sementara menderita gizi buruk.

Tidak dekat jarak yang harus ditempuh oleh Siti untuk membawa anaknya berobat ke RSUD Kota Bekasi, rumahnya terletak di Jatiwaringin, Pondokgede. Transportasi menjadi alasan ia kerap menunda untuk membawa anaknya berobat.

Selain itu, harus ada yang dikorbankan ketika membawa anaknya berobat. Anak tertua yang saat ini duduk di kelas 3 SMK harus rela tidak pergi ke sekolah untuk menjaga adik-adiknya yang lain saat Siti membawa salah satu anaknya berobat, begitupun Siti harus meninggalkan pekerjaannya.

“Biaya (pengobatan) sudah gratis alhamdulilah. Cuma kadang jauh nih, dari ujung ke ujung, kadang mentok biaya, kadang nggak ada kendaraan, jadi saya tunda,”
keluhnya.

Kemarin, kediaman mereka disambangi Angota DPRD Kota Bekasi, Heri Purnomo Bersama Kepala Dinas Kesehatan dan Puskemas. Hal itu bermula dari adanya aduan pihak orang tua yang kesulitan untuk menangani pengobatan ketiga anaknya.

“Jadi, kemarin saya terima laporan dari pihak orangtuanya yang datang meminta bantuan. Alhamdulillah, saya langsung respon dengan berkoordinasi dengan Kadinkes dan jajaran untuk bisa langsung mendatangi rumahnya, memberi bantuan kursi roda dan lain-lain,” kata Herpur, sapaan akrab legislator PDI-P, Senin (31/10).

Pihaknya mengaku prihatin atas kondisi yang dialami oleh ketiga anak balita ini, sehingga berharap agar para aparatur di tingkat kelurahan, puskesmas di Kota Bekasi bisa lebih maksimal melakukan deteksi atau pendataan kasus anak seperti ini, khususnya terkait masalah stunting yang sebelumnya digembar-gemborkan Pemkot Bekasi.

“Kita semua prihatin dengan kasus ini. Untuk itu, agar tidak terjadi lagi kami minta kepada aparatur di tingkat kelurahan dan puskesmas di lingkungan bisa lebih aktif untuk mendata anak-anak kita di lingkungan masing-masing. Jadi, intinya jangan sampai ada lagi kasus seperti ini,” tegasnya.

Terpisah, Kepala Puskesmas Jatiwaringin, dr Agung mengaku, temuan kasus tiga anak itu bukan terkait kasus gizi buruk, tapi ketiganya merupakan pasien yang mengalami kelainan kesehatan, antara lain dua anak yang berusia 6 dan 2 tahun ada kelainan pertumbuhan di kakinya, sedangkan satu lainnya kelainan di kepalanya atau hidrosefalus.

“Mereka semua pasien lama kami, dan telah mendapat perhatian khusus dari kami sejak lama. Bahkan, kami sudah berikan garansi ke orangtuanya kalau pun ada keluhan terhadap kesehatan anak-anaknya langsung hubungi kami, sehingga bisa segera ditangani, artinya kalau pun mau dirujuk kemanapun kami siap antarkan dengan ambulance. Termasuk, tiap bulan kalau mereka nggak bisa datang untuk Posyandu, kadernya yang datang ke rumah,” ungkapnya.

“Jadi, kami pastikan ketiga balita ini bukan karena gizi buruk, tapi karena ada kelainan pada kondisi kesehatannya. Dan mereka itu, pasien khusus kami sejak lama yang setiap saat mendapatkan perhatian dari para dokter dan kader di lingkungannya. Bahkan, anak yang kedua itu sudah pasca operasi. Namun, memang belum pulih,” tandasnya. (sur/mhf)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin