Berita Bekasi Nomor Satu

Air Perumda TB Bau Busuk dan Berwarna Hitam

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pelanggan Perusahaan Umum Daerah Tirta Bhagasasi (Perumda TB), di RT 01 RW 08, Desa Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, mengeluhkan kualitas air yang berwarna hitam, berbusa dan berbau busuk.

Kondisi itu telah berlangsung selama sepekan. Selain menimbulkan bau busuk dan berwarna hitam, air tersebut juga mengakibatkan gatal-gatal pada badan.

Salah satu warga, Akim, mengeluhkan kualitas air tersebut. Menurutnya, saat ini kondisi air dari PDAM itu tidak layak untuk keperluan Mandi Cuci Kakus (MCK). Selain itu, jika warna airnya bening, terdapat endapan lumpur serta lengket.

“Air PDAM itu hanya menyala selama 10 atau 15 menit, kemudian mati lagi. Kekeruhan airnya kayak coklat susu, kadang-kadang hitam, ada bau, lengket. Nggak layak lah buat mandi, pada ngeluh, karena badan jadi gatal-gatal. Tiap bulan yang gajian kecil bayar mahal, airnya gak bisa dipakai, dan untung aja ada tetangga yang baik mau membagikan air,” beber Akim, di Desa Kedung Pengawas, Rabu (20/9).

Untuk itu, guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia membeli air isi ulang. Akim juga mengeluhkan biaya bulanan yang harus dibayar ke PDAM, meskipun dirinya tidak dapat menikmati air bersih seperti biasanya.

“Kalau untuk minum, saya beli air isi ulang satu sampai dua galon, itu juga buat cuci piring. Jadi, banyak biaya juga kalau kondisi seperti ini, kering begini, kesulitan air, yaitu beban warga lebih berat. Seharusnya ada kompensasi atau diskon dari PDAM,” harap Akim.

Sementara itu, Ketua RT 01 RW 08, Tofani menyampaikan, bahwa pihaknya telah mengadukan keluhan warga ke PDAM Tirta Bhagasasi. Saat itu, dia dijanjikan pemadaman air berbayar selama empat hari, namun kenyataannya lebih.

“Kami dari pengurus RT/RW juga sudah sempat datangi ke PDAM, cuma memang permasalahan itu kata pihak PDAM terkena limbah, jadi tidak bisa dihentikan. Air bakunya tercemar, hitam, dan dijanjikan itu cuma empat hari liburnya. Empat hari itu katanya air dimatikan, ternyata sekarang sudah lebih dari empat hari. Walaupun menyala, ada batas waktunya,” ucap Tofani.

Lanjutnya, hingga saat ini warganya tidak pernah menerima kompensasi, baik pendistribusian berupa air bersih. Warga saling berbagi air bersih dengan yang memiliki sumur, dan juga mengandalkan toren air yang berada di pos security.

“Kompensasi dan bantuan air bersih juga belum ada. Saat ini, kami menggunakan selang dari sumur tetangga yang punya sumur bor, lalu diisi ke toren, warga antri di sana untuk ambil air buat MCK,” sesal Tofani.

Pihaknya berharap, distribusi air PDAM di lingkungan dapat kembali normal. Sehingga tidak ada lagi warga yang gatal-gatal akibat menggunakan air tersebut.

“Harapannya, masalah ini bisa teratasi dengan baik lah. Ya namanya kami sebagai warga dan konsumen PDAM itu bayar. Mudah-mudahan kedepannya, pelayanan PDAM semakin bagus,” pungkas Tofani. (ris)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin