Berita Bekasi Nomor Satu

Disdik Cuek, Kasus Perundungan Siswi SMP Berujung Damai

Nyumarno

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bekasi, diminta agar tidak cuek terkait kasus perundungan (bullying), yang sudah menimpa beberapa kalangan pelajar.

Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Bekasi, Nyumarno menyampaikan, sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang mengurusi pendidikan, Disdik yang memiliki anggaran mencapai Rp 1,8 triliun, ini harus mempunyai jiwa kepekaan terhadap keamanan dan kenyamanan pelajar.

”Jujur, saya baru mengetahui masalah perundungan itu dari berita serta media sosial, yang terjadi dua pekan lalu. Hanya saja, videonya beredar baru baru ini,” ujarnya.

Nyumarno menyarankan, ada gerakan langsung serta kebijakan dari pihak sekolah, dalam konteks pembinaan yang dilakukan oleh Disdik.

“Saya akui, untuk anggaran Disdik itu cukup besar. Dan saya juga belum terlalu mempelajari, penyebab terjadinya kasus perundungan di lingkungan sekolah. Harapannya, kasus perundungan ini tidak terjadi lagi. Maka harus dibenahi melalui kebijakan, termasuk sosialisasi,” bebernya.

Menurut pria yang akrab disapa Sinyo ini, pendidikan etika dan moral di sekolah-sekolah harus diterapkan secara maksimal. Kemudian, Disdik melakukan monitoring evaluasi, lalu ada laporan beberapa peristiwa yang terjadi, dan seberapa besar dampak terhadap mental kalangan pelajar.

“Kami akan melakukan rapat evaluasi dengan Disdik, untuk mencegah terjadinya perundungan di lingkungan sekolah,” terang Sinyo.

Sementara itu, ibu korban perundungan, DR salah satu siswi SMP swasta di wilayah Cikarang Utara, Sumiyati mengungkapkan, awalnya ia merasa curiga karena sejak beberapa hari terakhir, anaknya memang terlihat murung, menutup diri dan tidak mau sekolah. Belakangan, sang anak mengeluhkan sakit di dada, namun tidak menjelaskan apa penyebabnya.

“Anak saya tiba-tiba menutup diri, begitu saya tanya, awalnya tidak mau mengaku saat merasakan sakit di perut dan sesak nafas,” ucapnya.

Akhirnya, Sumiyati membuka ponsel sang anak, dan menemukan video perundungan terhadap anaknya.

“Begitu melihat video, saya langsung kaget dan sakit hati,” tutur Sumiyati.

Pihak keluarga sempat melaporkan isi video tersebut pada pihak sekolah. Namun, Sumiyati menyayangkan, pihak sekolah terkesan lepas tangan, karena perundungan dilakukan di luar lingkungan sekolah, dan diluar jam belajar.

“Awalnya pihak sekolah tidak mau menyelesaikan masalah ini, alasannya di luar lingkungan sekolah, maka kami sepakat untuk melaporkan kejadian ini ke Polres Metro Bekasi,” tegas Sumiyati.

Akan tetapi, akhirnya pihak sekolah mau membantu untuk memediasi dengan didampingi perwakilan Bhabinkamtibmas dan Babinsa setempat. Sumiyati yang mencoba memperjuangkan keadilan untuk anaknya, akhirnya tidak berdaya, sehingga kasusnya berakhir dengan kekeluargaan.

Korban perundungan, DR, bukan merupakan siswi dari keluarga yang berada. Sejak ayahnya terserang stroke, dan sang ibu tidak memiliki penghasilan tetap. Sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain, dan menyanggupi kasus perundungan diselesaikan secara damai, dengan kompensasi biaya pengobatan.

Sumiyati mengaku terpaksa memilih jalan damai, karena perlu biaya untuk pengobatan sang anak. Lebih dari itu, sang anak pun tidak mau lagi bersekolah di tempat itu, sehingga perlu biaya untuk mendaftar ke sekolah baru.

“Dari hasil mediasi kami dan keluarga, ke enam terduga pelaku dipanggil ke sekolah dan sepakat berdamai, dengan menyanggupi biaya pengobatan anak saya, termasuk biaya pindah sekolah,” ungkapnya lirih.

Sumiyati berharap, kasus serupa jangan terjadi lagi, dan proses penyembuhan anaknya berjalan lancar, terutama psikis sang anak. Saat ini, sang anak hanya berdiam di dalam rumah, dan tidak mau melihat teman sebayanya lagi.

Informasi yang dihimpun Radar Bekasi, DR sebagai korban perundungan oleh tujuh temannya, karena para pelaku cemburu lantaran korban banyak disenangi di sekolahnya. Terlebih korban dinilai rupawan.

Disampaikan Sumiyati, perundungan itu terjadi sekitar dua pekan lalu. Hanya saja, dirinya pun baru mengetahui perundungan itu pada Selasa (3/10). Itu setelah melihat ponsel sang anak.

Betapa kagetnya Sumiyati begitu melihat anaknya jadi korban perundungan oleh tujuh orang temannya. Perundungan itu pun lantas divideokan oleh salah seorang pelaku. Tidak lama, video perundungan ini pun menyebar di media sosial.

“Sempat kaget pas liat video anak saya dipukul secara keji seperti itu, bagaimanapun juga, saya tidak terima dengan perlakuan terhadap anak saya,” cetusnya.

Dalam video berdurasi 61 detik itu, memperlihatkan para remaja perempuan yang mengenakan pakaian bebas, melakukan perundungan kepada seorang siswi SMP, yakni DR. Korban nampak dihujani pukulan dan tendangan oleh para pelaku, hingga tersungkur.

Tidak berhenti sampai disitu, korban lantas diinjak-injak di bagian dada dan punggung. Kepala korban pun tak luput dari sasaran para pelaku.

Sementara itu, hingga berita ini ditulis, belum ada klarifikasi dari pihak sekolah maupun Disdik Kabupaten Bekasi. (and)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin