Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Media Sosial Sarana Pencitraan Diri

Oleh : Agus Budiana

Agus Budiana
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tiktok, Instagram, Whatsapp dan Youtube dan sejenisnya adalah beberapa media yang merupakan produk perkembangan teknologi komunikasi di abad ke-21. Dan lebih identik dengan istilah media sosial, karena hampir setiap hari semua orang  dari berbagai strata tingkatan memanfaatkan dan menggunakannya. Hal ini dapat kita lihat dalam keseharian mulai dari lingkungan keluarga, tetangga, organisasi, kantor bahkan tingkatan yang lebih luas lagi lingkup internasional. Semua orang hampir tidak lepas dari penggunaan media sosial, tingkat pertemanan dan intensitas komunikasi dalam jejaring dunia maya yang lebih praktis dan efisien inilah menjadi faktor mengapa semua orang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan media sosial.
Beberapa hal yang menjadi faktor pendorong dan pertimbangan mengapa semua orang aktif dalam kegiatan media sosial secara mendasar diantaranya adalah untuk menjalin relasi baru, membuka dan mengkuatkan relasi dengan teman-teman lama atau dapat pula sebagai sarana untuk mencari jodoh bagi mereka-mereka yang masih dalam status jomblo. Pada tataran yang lebih luas adalah sebagai sarana untuk mencapai tujuan dengan membentuk suatu komunitas atau organisasi karena kesamaan ideologi tujuan, kepentingan dsb.
Namun salah satu hal yang lebih menarik dari fenomena kegiatan  media sosial ini adalah, sebagai sarana “PENCITRAAN DIRI”  .dengan tujuan agar mendapatkan suatu “pengakuan“, bahwa orang-orang yang menggunakan media sosial ini eksis (ada dalam keberadaannya) dan mempunyai  “nilai lebih“ atau “berbeda“ diantara satu dengan yang lainnya. Reinald Khasali mempekuat kondisi tersebut (2003) mendefinisikan bahwa citra adalah, kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan, Pemahaman itu sendiri timbul karena adanya suatu informasi, Senada dengan pendapat Philip Henslowe (2000) menuturkan bahwa citra adalah kesan yang diperoleh dari tingkat pengetahuan dan pengertian terhadap fakta.Jadi citra adalah gambaran informasi tentang suatu objek, bisa berupa manusia, produk, lembaga. Begitu pula dalam Tiktok, Instagram, Whatsapp dan Youtube setiap orang berusaha untuk menampilkan gambaran dirinya masing-masing sebaik mungkin, agar dapat menciptakan kesan sesuai dengan gambaran yang diciptakannya, sehingga persepsi orang yang melihat tampilan suatu profil akan menimbulkan suatu kesan yang positif. Sebenarnya citra itu sendiri apabila melekat sesuai dengan kenyataan yang ada ,tentunya merupakan suatu kelebihan yang dimiliki oleh suatu obyek  dalam keberadaannya, setiap orangpun akan mengakui dan menerimanya sebagai suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah. Namun dengan perkembangan teknologi komunikasi yang berkembang saat ini, segala sesuatu dapat dikonstruksi melalui media, Begitu pula dengan tampilan seseorang dalam Tiktok, Instagram, Whatsapp dan Youtube  bisa jadi dominan dengan unsur rekayasa ( adanya penambahan ataupun pengurangan ), sah-sah saja setiap orang ingin menampilkan priofil terbaiknya, karena secara hakiki manusia dilihat dari perspektif kebutuhan, tentunya butuh untuk ber-afiliasi. David Mc Clelland dalam Sentanoe Kertonegoro (1994), kebutuhan afiliasi (need for affiliation.n aff), ialah keinginan akan hubungan persahabatan dan antar pribadi.
Dalam Tiktok, Instagram, Whatsapp, Youtube misalnya kita sering melihat orang mengubah, menambah atau mengurangi tampilan profil foto dengan berbagai pose dan gaya, dalam informasi dengan tampilan kombinasi audio visual yang menarik segala sesuatu hal yang berhubungan dengan data-data positif ditampilkan, begitu pula dalam posting ada juga orang yang sering mengeluarkan ataupun mengutip kata-kata bijak ataupun dengan nilai-nilai keagamaan dengan maksud agar orang yang membaca kata-kata tersebut menilai dan mengakui bahwa orang yang memposting kata bijak ini minimal pemikirannnya digambarkan seperti itu,  Namun ada juga yang memposting kegiatan sehari-harinya mulai masalah keluarga,sekolah, kantor dengan harapan semua posting yang dilakukannya mendapat  tanggapan dari yang lainnya. Fenomena ini merupakan eranya informasi, dimana segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dengan penggunaaan sarana teknologi komunikasi yang sedang berkembang saat ini, Alvin Tofler dalam Elvinaro Ardianto (2011)  tiga gelombang peradaban manusia terdiri dari era pertanian, industri dan era informasi. Gelombang pertama (800 SM-1500 M) adalah gelombang pembaruan dimana manusia menemukan dan  menerapkan teknologi pertanian yaitu manusia berubah dari kebiasaan berpindah-pindah yang menetap di satu tempat, Gelombang kedua (1500 M- 1970 M) adalah masyarakat industri, sebagai manusia ekonomis yang rakus yang baru lahir dari Renaissance (pencerahan di Eropa), Gelombang ke tiga (1970-2000) adalah masyarakat informasi. Dalam gelombang ketiga ini kadang disebut sebagai Knowledge Age, dengan digunakannya satelit komunikasi, kabel optik dalam jaringan internet, masyarakat mampu berkomunikasi on line, (Rogers. 1986 dan Alisjahbana 2001).
Semua hal tersebut diatas merupakan suatu konsekuensi logis dari  kemajuan dan perkembangan zaman dalam peradaban kehidupan manusia yang ditopang oleh kemajuan pesat  teknologi komunikasi.  Dimana saat ini manusia adalah sebagai penemu, pencipta, pembuat sekaligus aktor teknologi komunikasi itu sendiri. Hal ini pula membawa konsekuensi munculnya media sosial dalam ragam plafform : Tiktok, Instagram, Whatsapp, Youtube semuanya digunakan manusia secara pribadi sekaligus secara umum di ruang publik sebagai salah satu bentuk ekpresi sebagai bentuk interaksi dalam kehidupan sosialnya.
Namun dibalik itu semua, ada satu hal penting yang menjadi catatan kita, bahwa semua yang dilakukan manusia dalam  pencitraan dari aktifitas penggunaan media sosial merupakan dinamika dalam kehidupan sosial, yang penuh warna. Manusia sebagai aktor  utama sekaligus obyek media senantiasa mengikuti perubahaan maupun perkembangan zaman, dengan selalu adaptif terhadap perkembangan teknologi komunikasi yang setiap saat  berubah.(*)
*) Penulis adalah pendidik dan peneliti universitas Satya Negara Indonesia

Solverwp- WordPress Theme and Plugin