Berita Bekasi Nomor Satu

Masih Ada Guru Tak Siap Beradaptasi

PEMBINAAN: Pengawas gugus I, II dan IV SD Kota Bekasi saat memberikan pembinaan kepada sejumlah guru. ISTIMEWA

RADARBEKASI.ID, BEKASI Pembinaan guru melalui pengawas sekolah masih butuh dioptimalkan. Pasalnya, masih ada sejumlah guru yang tetap berpegang pada metode pembelajaran lama dan nyaman dalam zona tersebut.

Pengawas SMA Kabupaten Bekasi Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah III, Rojali, menyampaikan tugas pengawas adalah mendampingi sekolah binaan sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi).

“Sesuai dengan tupoksi, pengawas adalah melakukan pendampingan pada sekolah binaan baik dari profesionalisme guru, manajemen sekolah, dan pendampingan Kurikulum Merdeka,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Kamis (14/9).

Dalam melakukan pembinaan terhadap profesionalisme guru, pengawas harus memperhatikan tiga poin penting. Pertama, bagaimana guru merencanakan strategi pembelajaran; kedua, bagaimana strategi tersebut diimplementasikan oleh guru; dan ketiga, bagaimana guru mengevaluasi strategi pembelajaran yang telah diterapkan.

“Pengawas wajib melihat dari ketiga poin tersebut,” ucapnya.

Namun, kenyataannya di lapangan masih ada beberapa guru yang belum mencapai standar yang diharapkan. Meskipun telah mendapatkan pendampingan.

“Ada yang masih pola mengajarnya jauh dari harapan, dimana mereka masih nyaman menggunakan pola lama. Meskipun sudah dilakukan pendampingan,” katanya.

Padahal, metode dan proses pembelajaran saat ini banyak mengalami perubahan. Baik dari segi penyampaian maupun pendekatan kepada peserta didik.

“Terkadang masih terus saja begitu, tidak mau mendapatkan masukan ini yang sulit. Padahal saat ini cara penyampaian dan pendekatan kepada siswa sudah berbeda, guru perlu upgrade diri agar pembelajaran bisa disenangi dan dicari oleh siswa,” terangnya.

BACA JUGA: 69 Kepsek Dirotasi, 51 Guru Promosi  

Dari hasil pemantauan pengawas, diprediksi sekitar 20-30 persen guru masih nyaman dengan metode lama dan tidak siap beradaptasi dengan perubahan.

“Sekitar 20-30 persen atau bahkan lebih guru yang memang dikatakan masih pada posisi enak dan nyaman. Karena sebenarnya perubahan itu dimulai dari diri sendiri, walaupun ada dorongan sulit dilakukan kalau tidak ada keinginan di dalam dirinya sendiri,” tuturnya.

Dengan kondisi tersebut, dibutuhkan pembinaan yang lebih. Bukan hanya dari sisi pengawas, akan tetapi kepala sekolah sebagai penggerak di setiap satuan pendidikan.

“Ini harus kepala sekolahnya yang bergerak, kadang pengawasan kepala sekolah terhadap guru ini masih cukup lengah. Dibutuhkan penguatan dan porsinya masing-masing, contoh guru yang sudah upgrade ke tingkat A itu harus diarahkan untuk bisa membantu guru yang masih upgrade B, dan sebaliknya guru yang sudah upgrade B bisa membantu guru yang masih upgrade nya C. Jadi jalan semua dan bisa dipukul rata,” terangnya.

Sebab disampaikan bahwa pengawasan saat ini cukup terbatas. Setiap pengawas hanya dapat melakukan pengawasan pada sekolah minimal satu kali dalam sebulan.

“Satu kali dalam sebulan kecuali sekolah yang meminta untuk melakukan penambahan, seperti pembinaan melalui kegiatan workshop ataupun seminar. Jika kepala sekolah ingin pengawas hadir maka kami akan hadir,” tuturnya.

Hal senada disampaikan Pengawas Gugus I II dan IV SD Kota Bekasi, Supyanto. Ia menyatakan bahwa  pengawas akan terus meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar.

“Sekarang ini banyak kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan profesionalisme guru, seperti kegiatan workshop, seminar, ataupun melalui Focus Group Discussion  (FGD),” terangnya.

BACA JUGA: Kadisdik Kumpulkan Guru, Mutasi Rotasi 120 Kepala Sekolah Negeri se-Kota Bekasi

Meskipun demikian, perubahan dalam profesionalisme guru harus dimulai dari diri mereka sendiri karena pengawas hanya dapat memberikan dorongan. Hanya sekitar 20 persen guru yang lambat mengikuti perubahan tersebut.

“Perubahan itu ada pada diri masing-masing, kami disini hanya berupaya untuk membantu mendorong perubahan tersebut. Tapi memang ada saja beberapa guru yang tidak mengikuti ritme perubahan tersebut, tapi tidak semua paling hanya 20 persen guru saja yang memang agak lambat mengikuti perubahan tersebut,” jelasnya.

Selain itu, peningkatan profesionalisme guru saat ini banyak dilakukan secara online melalui platform merdeka mengajar dan berfokus pada tema-tema pelatihan Kurikulum Merdeka. Hal ini menuntut guru untuk meningkatkan literasi mereka.

Ia menambahkan, pendampingan serta pengawasan saat ini memang masih butuh dioptimalkan. Sehingga perubahan yang dilakukan dapat berjalan dengan lebih maksimal.

“Memang masih butuh dimaksimalkan untuk mencapai target yang diinginkan,” pungkasnya. (dew)

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin