Berita Bekasi Nomor Satu

Pesona Situ Burangkeng Bekasi, Tetap Diminati Meski Mengering

KIAN MENGERING: Foto udara kondisi Situ Burangkeng yang kian mengering akibat musim kemarau berkepanjangan di Desa Ciledug Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi, Rabu (1/11). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Semilir angin menghembus di antara pepohonan kecil bantaran Situ Burangkeng di Desa Ciledug Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi pada Rabu (1/11) sore. Pukul 16.00 WIB, sinar matahari senja masih memberikan kehangatan khas bagi pengunjung.

Pesona alam ini memiliki fasilitas area lintasan lari yang mengelilingi situ. Situ Burangkeng yang dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), berperan sebagai sistem pengendali banjir di wilayah Setu dan sekitarnya.

Dengan luas mencapai enam hektare dan kedalaman bervariasi antara dua hingga delapan meter, situ ini efektif mencegah banjir pada musim penghujan.

Namun, dalam dua bulan terakhir, Situ Burangkeng mengalami penurunan air secara bertahap akibat musim kemarau. Bahkan, dasar Situ Burangkeng mulai terlihat karena menipisnya air. Aktivitas mencari ikan atau kerang jenis kijing oleh warga pun menjadi jarang terlihat di situ tersebut.

Camay sapaan akrab Endra (32) salahsatu pedagang kopi dan es di lokasi, mengatakan baru pertama kali melihat kondisi air di Situ Burangkeng menyusut hingga 80 persen. Pada musim kemarau tahun lalu menurutnya debit air situ itu berkurang, namun tidak sampai terlihat dasarnya.

“Akhir September itu udah mulai kelihat dasarnya. Baru kali ini begini (kering). Kalau pinggirnya sampai kering buat anak-anak main bola mungkin ini,” katanya sembari menunggu pembeli di Situ Burangkeng, Rabu (1/11).

Endra bukan satu-satunya warga yang mengais rezeki di bantaran Situ Burangkeng. Terdapat lebih dari sepuluh pedagang yang menjajakan kopi dan es hingga makanan ringan. Selain itu, para pedagang juga menyediakan tikar untuk duduk para pembelinya yang ingin menikmati angin di bantaran situ burangkeng.

Mengeringnya Situ Burangkeng tak membuat pendapatan Endra menurun. Menurutnya pendapatannya tetap stabil, dalam satu hari Endra dapat membawa pulang uang Rp 80 ribu hingga 120 ribu dari hasil berdagangnya. Uang yang cukup untuk menghidupi dirinya yang belum menikah.

“Mau kemarau atau ngga sama aja sih yang beli. Saya jual kopi sama es paling Rp4 ribu. Biasanya anak-anak sekolah nih pada nongkrong di sini kalau sore,” tambahnya.

Sementara itu, Muhidin (18) bersama tiga temannya terlihat asik meminum es kopi buatan Camay. Tanpa beralaskan tikar, mereka duduk di antara rumput yang mulai mengering. Keempatnya masih mengenakan seragam Sekolah Menengah Atas dan datang ke situ Burangkeng dengan dua sepeda motor.

“Hampir tiap hari kesini bang setiap pulang sekolah, ngobrol sambil nikmatin angin. Soalnya kita kan kalau ketemu Cuma di sekolahan aja bang, rumah kita pada beda Desa,” ucap Muhidin.

Kondisi mengeringnya Situ Burangkeng tidak menghalangi Muhidin dan teman-temannya untuk berkunjung. Selain akses masuk yang gratis dan searah dengan jalur pulang, mereka juga menilai bahwa Situ Burangkeng telah tertata rapi meskipun belum dilengkapi beberapa fasilitas seperti tempat sampah.

“Enaknya nongkrong disini bang udah ada konbloknya, motor bisa lewat juga, kalau sore anginnya adem, teduh bang,” tandasnya. (ris)

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin