Berita Bekasi Nomor Satu
Caping  

‘Api Neraka’ Kehidupan

Ketua DPRD Kota Bekasi H. M. Saifuddaulah, SH, MH, M.Pd.I

 

Oleh: H.M. Saifuddaulah, SH, MH, M.Pd.I (Ketua DPRD Kota Bekasi)

RABU 27 Juli 2022 peringatan Hari Sungai Nasional. Tidak banyak yang tahu, ternyata sungai juga mendapat perhatian pemerintah. Sampai ada hari khusus untuk memperingatinya.

Secara regulasi, peringatan Hari Sungai Nasional itu tercatat dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai. PP tersebut ditetapkan dan diberlakukan tanggal 27 Juli 2011. Sejak tanggal 27 Juli itulah diperingati Hari Sungai Nasional.

Di DPRD Kota Bekasi, kepedulian para wakil rakyat terhadap keberlangsungan sungai diwujudkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 06 tahun 2020 tentang Drainase. Salah satu isi di dalamnya, memuat rencana induk drainase yang mengatur keberlangsungan pengelolaan air dari hulu (sungai dan anak-anak sungai) hingga hilirnya (laut). Sehingga masyarakat terhindar dari bencana, seperti banjir dan sebagainya.

Tujuan memperingati Hari Sungai Nasional untuk mendorong dan memotivasi masyarakat peduli dengan kelestarian sungai. Namun, bukan berarti di luar tanggal 27 Juli tidak boleh peduli pada kondisi sungai. Wajib peduli.

Peringatan Hari Sungai Nasional, hanya lah salah satu cara masyarakat diharapkan membantu pemerintah dalam proses penyembuhan dan pemulihan terhadap sungai-sungai yang rusak dan tercemar. Tentu saja, menjaga kelestarian lingkungan sungai dan ekosistemnya serta tidak membuang sampah ke sungai, jauh lebih efektif bila dapat dilakukan setiap saat.

Sejak zaman dahulu, sungai-sungai di Indonesia adalah sumber kehidupan masyarakat. Mencuci, memasak hingga mencari nafkah, sungai berperan penting. Bahkan, peradaban dan sejumlah kerajaan besar di Indonesia berdiri tidak lepas dari tepi sungai, seperti Kerajaan Tarumanegara, Sriwijaya dan Majapahit.

Belakangan, berdasarkan data BPS 2021, tercatat sebanyak 46 persen kondisi sungai-sungai di Indonesia tercemar berat, 32 persen tercemar sedang berat, 14 persen tercemar sedang dan hanya 8 persen sungai yang tercemar ringan. Pencemaran terjadi karena faktor limbah industri seperti migas, pertambangan dan limbah rumah tangga.

Sebelum kerusakan sungai akibat pencemaran limbah semakin parah dan membahayakan ekosistem sungai, menjaga kelestarian dan menyembuhkan sungai-sungai tersebut tampaknya bukan lagi fardu kifayah (kewajiban golongan/perwakilan), melainkan sudah kategori fardu ‘ain (kewajiban perorangan).

Air bagi manusia adalah salah satu sumber kehidupan. Dalam berbagai literatur keagamaan, air bukan hanya bermanfaat bagi manusia, melainkan juga bagi hewan dan tumbuhan. Tanpa air semua organisme akan mati dan punah.

Bagi manusia sendiri, dua pertiga tubuh kita terdiri dari cairan. Baik dalam bentuk darah, air liur, pelumas sendi tulang dan cairan sumsum tulang belakang, kesemuanya mengatur suhu tubuh manusia. Maka, untuk menjalani kehidupan yang survival, air menjadi kebutuhan pokok manusia. Demikian pula bagi hewan dan tumbuhan.

Apa jadinya bila air yang menjadi kebutuhan pokok itu, dikonsumsi dari air yang sudah tercemar dan terkontaminasi limbah.

Tanpa asupan air yang memadai, semua organisme di dunia akan mati dalam beberapa hari. Air disediakan Sang Pencipta untuk diminum manusia dan hewan, dan untuk menumbuhkan bagi tanaman.

Bagi umat Islam, air diapresiasikan sebagai sarana penyucian untuk menghadap Allah SWT, mendirikan salat, misalnya, setiap Muslim harus suci, dan di sini air punya peran penting, baik dalam berwudhu (agar suci dari hadas kecil) maupun mandi (agar suci dari hadas besar).

Adanya hubungan antara mandi dan kesehatan juga tidak dapat dipungkiri. Terkait dengan kesehatan, air memiliki khasiat menyembuhkan penyakit sesuai tujuannya. Agama telah menempatkan air sebagai sesuatu yang esensial untuk memelihara kesehatan, kebersihan individu dan kesehatan umum.

Dalam kehidupan yang lebih sakral (akhirat, red), air menjadi simbol kebahagiaan di surga. Kebalikan dari neraka yang menjadikan api sebagai simbol kesengsaraan.

Surga digambarkan sebagai tempat yang dijanjikan yang di dalamnya mengalir aneka jenis sungai; sungai dari air, sungai dari susu, sungai dari madu hingga sungai dari arak. Pokoknya, air menjadi esensi bagi penghuni taman surga.

Bila air sumber kehidupan di alam profan (dunia, red) yang kita konsumsi sudah tercemar limbah dan membahayakan tubuh, bersiap lah menyambut kesengsaraan hidup. Air menjadi ‘api’. Itulah ‘neraka’ bagi kehidupan. (*)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin