Berita Bekasi Nomor Satu

Wali Kota : Hanya Pegal Saja

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi saat disuntik dosis pertama vaksin Covid-19 produksi Sinovac oleh vaksinator di Stadion Patriot Candrabhaga, Jumat (15/1). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi saat disuntik dosis pertama vaksin Covid-19 produksi Sinovac oleh vaksinator di Stadion Patriot Candrabhaga, Jumat (15/1). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Reaksi vaksin mulai dirasakan bagi mereka yang sudah divaksinasi pada Jumat (15/1) lalu di Kota Bekasi. Salah satunya seperti pegal dan terasa tebal. Kondisi ini juga dirasakan oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.

Kepada Radar Bekasi, orang nomor satu di Kota Bekasi ini mengaku merasakan pegal dan bagian tubuh yang menerima suntikan dan tidak dapat menerima rangsangan secara optimal atau terasa tebal seperti biasanya. Namun, secara umum tidak ada reaksi yang tergolong berat. “Alhamdulillah ada pegel di bekas suntikan, bahkan tebal,” katanya kepada Radar Bekasi, Minggu (17/1).

Reaksi yang dirasakan oleh pria yang akrab disapa Bang Pepen ini telah dijelaskan di dalam surat keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) nomor HK. 02.02/4/1/2021. Dalam lampiran surat keputusan tersebut, dijelaskan bahwa secara umum vaksin tidak menimbulkan reaksi pada tubuh. Apabila terjadi, hanya reaksi ringan.

Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi Covid-19 hampir sama dengan vaksin lain, yakni reaksi lokal seperti nyeri, kemerahan, dan bengkak pada bagian tubuh yang disuntik. Adapun reaksi lokal yang berat yakni selulitis atau infeksi bakteri di kulit dan lapisan dibawahnya.

Reaksi lainnya adalah demam, nyeri otot seluruh tubuh, nyeri sendi, badan lemah, dan sakit kepala, reaksi ini disebut reaksi sistemik. Adapun reaksi lainnya seperti reaksi alergi, misalnya urtikaria, oedem, reaksi anafilaksis, dan syncope (pingsan). Oleh karena itu, layanan vaksinasi perlu menyiapkan tim untuk menangani Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Tiga hari yang lalu, pembukaan vaksinasi pertama diikuti oleh sejumlah pejabat dan jajaran Forkopimda, hanya enam orang yang berhasil menerima vaksin. Selain Rahmat, yakni Kapolres Metro Bekasi Kota, Dandim 0507 Bekasi, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), dan Kepala Dinas Tata Ruang. Lainnya dinyatakan belum bisa menerima vaksin setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan.

Setelah menerima suntikan vaksin pertama kali, suntikan kedua akan kembali diberikan 14 hari setelahnya, tepatnya tanggal 29 Januari 2021. Ia menyebut suntikan yang diterima tidak lebih sakit dibandingkan gigitan semut, untuk itu masyarakat Kota Bekasi diminta untuk tidak takut.

Belum ada reaksi yang dirasakan seperti hari Minggu kemarin. Pada tahap pertama ini, Kota Bekasi menerima 14.060 vial vaksin Sinovac, dipergunakan untuk pejabat dan jajaran Forkopimda, serta tujuh ribu Tenaga Kesehatan (Nakes) yang masih berjalan hingga saat ini.

“Mudah-mudahan secara bertahap, pemerintah pusat pemerintah pusat mendistribusikan apa yang kita harapkan (500 ribu vaksin yang diajukan Kota Bekasi),” tukasnya.

Penerima vaksin lainnya, yakni Dandim 0507, Letkol ARM Iwan Aprianto. Dia mengaku kemarin dalam keadaan sehat. Belum ada reaksi vaksin yang berarti.”Alhamdulillah, insyaAllah sehat,” singkatnya kepada Radar Bekasi.

Ada empat meja di lokasi vaksinasi, setiap calon penerima vaksin akan menjalani skrining di meja dua. Setidaknya ada 16 pertanyaan untuk diberikan kepada calon penerima vaksin, selanjutnya dapat dipastikan vaksinasi dapat diberikan, ditunda, atau tidak diberikan.

Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto salah satu yang harus menunda vaksinasi. Sebelumnya dijelaskan bahwa orang nomor dua di Kota Bekasi ini didapati kadar gula darah tinggi setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan.

Hingga hari ke tiga setelag pembukaan vaksinasi, Tri belum menerima vaksin. Rencananya vaksin kepada ia dan beberapa jajaran Forkopimda lainnya mulai diberikan tahap selanjutnya.

“Kita akan mendapatkan vaksin menunggu tambahan vaksin yang berikutnya,” katanya.

Hal yang sama juga dialami oleh Ketua DPRD Kota Bekasi, Choiruman Joewono Putro, iya dinyatakan belum bisa menerima vaksin setelah melalui pemeriksaan kesehatan dan skrining. Seiring menunggu tambahan vaksin datang ke Kota Bekasi, ia berkesempatan untuk memperbaiki kondisi kesehatan sehingga bisa menerima vaksin.

Secara umum, kondisi kesehatan Choiruman sama dengan Wakil Wali Kota Bekasi, didapati kadar gula darah cukup tinggi. Disamping ada faktor lain, sehingga harus menunda vaksinasi.

“Tinggi gula darah, karena juga ada gen dari ibu yang bisa potensi diabetes. Kemudian kolesterolnya cukup tinggi, nah kalau misalkan angka kedepan semakin membaik, kita akan ikut pasti, karena kan niatnya sudah bagus,” terangnya.

Choiruman menilai vaksinasi kali ini sebagai langkah yang secara efektif harus dilakukan saat ini. Ia meminta berbagai pihak tidak lagi meributkan efikasi vaksin yang saat ini sebesar 65,3 persen, melainkan ini harus dimanfaatkan dengan efektif sebagai salah satu usaha menyudahi pandemi.

Saat ini, yang dibutuhkan adalah membangun tanggung jawab sosial kepada masyarakat untuk tidak menolak vaksin, ataupun muncul gejolak ditengah vaksinasi. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memanfaatkan instrumen yang dimiliki seperti RT/RW , Posyandu, Puskesmas, hingga merangkul ulama untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.

“Karena penolakan itu bisa karena ketidak tahuan, tidak mendapatkan informasi, dan sebagainya,” tambahnya.

Cara ini akan lebih efektif dilakukan, dibandingkan dengan memberikan sanksi kepada masyarakat yang tidak mau divaksin. Hal ini disebut sama juga dengan menakut-nakuti masyarakat. (sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin