Berita Bekasi Nomor Satu

Penggiat Lingkungan Soroti Pembuangan Limbah Industri

BERSIHKAN SUNGAI: Sejumlah relawan Save Kali Cikarang membersihkan Sungai Cikarang dari sampah, di Desa Sukadanau, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, beberapa waktu lalu. ARIESANT/RADAR BEKASI
BERSIHKAN SUNGAI: Sejumlah relawan Save Kali Cikarang membersihkan Sungai Cikarang dari sampah, di Desa Sukadanau, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, beberapa waktu lalu. ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Para penggiat lingkungan yang tergabung dala relawan Save Kali Cikarang mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi agar lebih konsisten dalam menjaga kelestarian bumi untuk masa depan generasi penerus bangsa.

Sebab, kurangnya kepedulian terhadap lingkungan menimbulkan bencana yang terjadi belakangan ini akibat kerusakan yang dibiarkan.

“Yang terakhir itu ada pergeseran tanah di Sukaresmi Cikarang Selatan diduga karena karena rusaknya lingkungan,” ujar Koordinator Save Kali Cikarang, Dedi Kurniawan, Kamis (22/4).

Pria yang akrab disapa Jhon Smoker ini menilai, dalam beberapa tahun terakhir terjadi eksploitasi hasil bumi di wilayah Bekasi. Aktivitas itu membuat tanah menjadi labil dan berdampak terjadinya bencana longsor.

Kata dia, hal itu mengakibatkan puluhan rumah hancur karena tanahnya bergeser. Menurutnya, kerusakan lingkungan lain terjadi di perairan Muaragembong. Setiap tahun air laut makin dekat dengan permukiman warga. Hal itu disebabkan karena abrasi yang kian parah. Sementara upaya pencegahan, justru tidak dilakukan sevara maksimal.

Hingga saat ini, upaya pencegahan abrasi di Muaragembong hanya mengandalkan dari komunitas penggiat lingkungan dan program CSR dari dunia usaha.

“Bantuan CSR juga terkadang hanya sebatas seremonial. Setelah memberikan bantuan bibit dan penanaman mangrove, sudah tidak ada lagi perawatan. Bisa jadi, besok lusa itu mangrove rusak atau malah diambilin lagi buat wilayah lain,” tuturnya..

Dijelaskan Jhon, abrasi di Muaragembong, sebenarnya sudah menjadi isu nasional. Bahkan, beberapa penggiat lingkungan internasional telah mengkaji langsung masalah abrasi tersebut.

“Pertanyaannya, kenapa tidak ada penanganan secara serius dari Pemerintah Daerah (Pemda). Dan pada akhirnya, kerusakan makin parah saja,” bebernya.

Selain itu, pengrusakan yang juga terus terjadi yakni pembuangan limbah industri ke sungai. Hampir semua sungai di wilayah utara Kabupaten Bekasi, telah tercemar limbah industri.

Salah satunya, sungai Cibeet dan aliran sungai di kanal Cikarang-Bekasi-Laut (CBL). Kondisi sungai jauh dari kata jernih. Air sungai berwarna gelap dan mulai mengental, bahkan mengeluarkan bau tak sedap dan berbusa.

Menurut dia, praktik pencemaran lingkungan itu sudah terjadi sejak lama, dan dilakukan secara massif oleh kalangan industri. Sementara disisi lain, penegakan aturan tidak diterapakn secara maksimal.

Jhon menyampaikan, beberapa waktu lalu, puluhan anggota DPRD Kabupaten Bekasi sudah memantau langsung kondisi sungai CBL dan sungai Alam. Dari hasi pemantauan tersebut, ditemukan pencemaran lingkungan yang diduga dilakukan oleh beberapa perusahaan.

Namun, temuan itu tidak ada tindak lanjutnya, sehingga hilang begitu saja. “Hasilnya, air yang tercemar limbah jadi bau, dan lingkungan makin rusak. Makanya, kami mendesak, agar program pengendalian lingkungan itu tetap dilakukan secara konsisten dan nyata. Bukan sekadar seremonial tanam pohon, tanam mangrove, tapi tidak ada perawatan,” sesalnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi, Peno Suyatno mengaku, pihaknya terus melakukan pembinaan terhadap perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan.

Bahkan, ia mengklai, saat ini pembuangan limbah ke sungai ataukali, mulai berkurang. Namun, Peno tidak dapat memberi penjelasan xecara detail, perushaan mana saja yang masih membuang limbah ke sungai yang ada di Kabupaten Bekasi. (and)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin