Berita Bekasi Nomor Satu

Ekonomi Lesu, Apartemen Diobral

ILUSTRASI : Warga melintas di samping salah satu apartemen di Jalan Joyomartono Bekasi Timur, Kota Bekasi. Pelaporan dan pendataan identitas penghuni apartemen dinilai lemah. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Obral apartemen dengan harga murah saat ini tengah bermunculan, harganya berkisar Rp100 sampai Rp200 jutaan, banderol harga ini disebut lebih murah dibanding harga awal. Pemilik apartemen memang tengah memutar strategi untuk memenuhi biaya Maintenance Fee atau IPL untuk kebutuhan pemeliharaan dan perawatan unit apartemen.

Beberapa iklan pemasaran apartemen dengan harga Rp100 sampai Rp200 juta nampak platform real estate online. Apartemen pertama letaknya di kawasan Bekasi Timur, apartemen dengan luas 24 meter persegi, dijual dengan harga Rp120 juta, terdiri dari 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, pendingin ruangan, hingga televisi.

Apartemen lainnya berlokasi di Bekasi Barat, dijual dengan harga Rp150 juta, luas 21 meter persegi dengan fasilitas 1 kamar tidur, 1 kamar mandi.

Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) menyebut bahwa keputusan untuk menjual apartemen dibawah harga pasar ini sangat bergantung dengan arus kas pemiliknya. Tapi, tidak dipungkiri faktor kondisi terkini juga menjadi pertimbangan untuk melepas apartemen dengan harga murah, terlebih di tengah ancaman resesi masa depan.

Salah satu pemilik unit apartemen di Kota Bekasi, Friko (29) membenarkan fenomena ini, bahkan di area apartemen miliknya, banyak pemilik apartemen yang menjual unit mereka. Harganya berkisar Rp250 juta, untuk apartemen dengan dua kamar tidur, dan satu ruang tamu.

Ia mengaku kaget dengan harga yang dibanderol oleh pemilik unit apartemen ini. Pasalnya, harga awal unit apartemen miliknya sudah ada di angka Rp260 juta, pada saat tower apartemen belum dibangun.

“Harusnya kan apartemen itu tujuan kita sebagai investasi, itu harusnya kan harganya semakin lama semakin mahal. Ini bahkan saya pun kaget, Dua kamar tidur dijual dibawah harga pasar,” ungkapnya.

Mulanya, total ada tiga unit apartemen yang ia miliki, sekarang unit apartemen milik Friko saat ini hanya tersisa satu. Selama apartemen sepi penyewa kata Friko, ia harus memutar akal untuk memenuhi biaya IPL, satu bulan mencapai Rp600 ribu, terdiri dari biaya listrik, air, keamanan, hingga kebersihan.

Grafik penyewaan apartemen yang sepi membuat ia beberapa waktu yang lalu bekerjasama dengan pemasaran online sewa apartemen tapi hasilnya sama. Justru kata dia, disaat sewa apartemen lesu, biaya perbaikan tidak berubah, langsung dipotong dari penghasilan sewa.

“Pernah dalam satu bulan itu lakunya cuma satu hari, saya dapat uangnya Rp270 ribu dalam satu bulan bayangkan. Sedangkan perbaikannya lebih dari itu, bukannya untung malah buntung,” tambahnya.

Kenyataan ini membuat ia memutuskan untuk menyudahi kerjasama dengan penyedia jasa pemasaran online sewa apartemen tersebut. Sehingga, saat ini apartemen sementara dipakai pribadi, tidak disewakan.

Konsekuensinya, ia harus memenuhi biaya IPL dengan uang pribadi, dipotong langsung dari gaji bulanan.
“Segala kebutuhan apartemen saya taruh di pengeluaran gaji tiap bulan,” tandasnya.

Bergeser ke pusat kota, kondisinya sedikit lebih baik, meskipun hanya berlangsung awal hingga pertengahan bulan saja. Salah satu agen sewa apartemen di kawasan Bekasi Selatan, Adit (28) mengatakan bahwa grafik cukup baik terlihat pada awal hingga pertengahan bulan, selebihnya sepi. Kondisi ini mempengaruhi keuangan pada pemilik unit.

Diakui bahwa pemenuhan biaya IPL apartemen menjadi beban para pemilik unit saat ini. Dalam satu bulan, total uang yang dikeluarkan mencapai Rp850 ribu, terdiri dari biaya listrik, air, sampai biaya WiFi.
“Yaudah cuma kepakai untuk keperluan begitu aja, nggak ada untungnya, nggak provit gitu,” ungkapnya.

Situasi saat ini tidak bisa diprediksi kata Adit, di tengah rendahnya konsumen sewa apartemen pada situasi ekonomi yang belum pasti. (Sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin