Berita Bekasi Nomor Satu

Waspada Potensi Gempa Sesar Baribis

PUKUL KENTONGAN : Penjabat (Pj) Bupati Bekasi, Dani Ramdan bersama unsur Forkopimda Kabupaten Bekasi, dan perwakilan relawan memukul kentongan saat memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN), di Museum Gedung Juang, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Rabu (26/4). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kabupaten Bekasi berpotensi terjadi gempa bumi, karena ditemukannya sesar baribis aktif yang melintasi sejumlah kecamatan.

Hal ini diungkapkan Penjabat (Pj) Bupati Bekasi, Dani Ramdan, usai memimpin peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana, di Gedung Juang, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Rabu (26/4).

Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat ini memastikan, proses mitigasi sesar baribis ini tengah dilakukan guna menekan risiko bencana.

“Makanya kami segera menyiapkan mitigasinya, bangunan-bangunan di titik sesar harus dikosongkan, lalu dipersiapkan jalur evakuasi dan titik evakuasi,” kata Dani.

Ia menjelaskan, keberadaan sesar baribis ditemukan saat pihaknya tengah menyusun revisi Rancangan Peraturan Daerah (RPD) nomor 12 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi 2011-2031. Dari hasil survei di lapangan, sesar baribis ditemukan melintasi sejumlah kecamatan.

Menurutnya, temuan ini menjadi hal yang sangat penting untuk ditindaklanjuti, mengingat potensi yang ditimbulkan terbilang sangat berbahaya. Bahkan, jika tidak dilakukan antisipasi, resiko nya bisa mengakibatkan kerusakan yang melebihi gempa bumi di Cianjur. Apalagi sesar ini tidak hanya berada di atas pemukiman, melainkan juga di kawasan industri.

“Ada beberapa kecamatan di Kabupaten Bekasi yang dilintasi sesar baribis, jadi kondisinya hampir sama dengan Cianjur, dan pergeserannya bisa menimbulkan energi tertentu, maka kerusakannya tidak kalah dengan gempa Cianjur. Setelah kami cek, jika ada pabrik yang berada di atasnya, maka mau tidak mau harus dilakukan penguatan bangunan agar tahan gempa,” saran Dani.

Ia menyampaikan, sesar baribis melintasi sejumlah kecamatan, di antaranya Cibitung.

Berdasarkan kajian Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), baribis merupakan satu dari enam sesar yang berada di Jawa Barat. Kendati begitu, baribis disebut sebagai sesar utama karena patahan ini melintang dari sisi timur Jabar, tepatnya di Desa Baribis, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, hingga sisi barat, yakni Purwakarta, Karawang dan Bekasi. Sesar ini turut mengancam gempa hebat di wilayah DKI Jakarta.

Disebutkan, bahwa sesar baribis sempat menyebabkan gempa hebat di Karawang pada 1862 silam.

Kendati berpotensi menghasilkan gempa, namun gempa bumi sendiri belum dapat diprediksi kapan terjadi. Sehingga, lanjut Dani, ada atau pun tidak ada sesar, mitigasi perlu dilakukan.

“Gempa itu salah satu bencana yang sulit diprediksi. Belum ada teknologi dan ilmu pengetahuan yang bisa memprediksi terjadinya gempa, akan sebesar apa dan di mana terjadinya. Tetapi menurut teori yang ada, di mana ada sesar, di situ ada potensi bahaya gempa. Di luar sesar pun tentu bisa, karena gempa itu bentuknya gelombang, titiknya satu tapi getarannya bisa meluas kemana-mana. Oleh karena itu, ada sesar maupun tidak, sebenarnya kalau waspada terhadap gempa ini di seluruh Indonesia memang harus dilakukan,” harapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Dani membenarkan, jika Kabupaten Bekasi masuk sebagai daerah rawan bencana. Dari serangkaian bencana yang terjadi, puting beliung dan banjir paling sering melanda.

“Kalau dari sisi angka, paling banyak puting beliung, walaupun kerusakannya tidak sehebat kalau terjadi banjir atau gempa. Tetapi jumlahnya banyak. Lalu kedua terbanyak itu banjir untuk daerah aliran sungai, meski sekarang pemukiman yang jauh dari sungai karena sistem drainase kurang bagus, sering banjir juga, dan harus ditangani,” bebernya.

Dani mengingatkan, semua pihak termasuk masyarakat, memiliki peranan yang sama menghadapi bencana. Lalu bencana tidak lagi menitikberatkan pada tanggap darurat, melainkan pencegahan dan meminimalkan risiko yang dapat ditimbulkan.

“Jadi setiap tgl 26, diperingati sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana yang berbarengan dengan terbitnya Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Di mana melalui Undang-undang tersebut, mengubah paradigma tentang penanggulangan bencana yang tadinya hanya berfokus pada tanggap darurat, yaitu saat bencana terjadi baru bergerak, tapi menjadi pengurangan risiko bencana. Jadi, lebih ke pencegahan, maka dibentuklah BNPB, BPBD di setiap daerah, lalu relawan seperti ini,” terang Dani.

Pemkab Bekasi, lanjut Dani, telah mengimplementasikan hal tersebut membentuk forum pengurangan risiko bencana di tingkat kabupaten hingga desa, demi mensosialisasikan upaya menekan risiko kebencanaan.

“Kami sudah bentuk wadah forum pengurangan risiko bencana di tingkat kabupaten dan kecamatan, dan sekarang di tingkat desa. Forum ini mengedukasi, mengajak masyarakat agar semua tahu, sadar dan mau mencegah bencana. Tergantung desanya masing-masing, kalau desanya banjir, bagaimana cara mencegah dan harus berbuat apa. Kalau daerah longsor, kebakaran, maka akan disesuaikan,” ucapnya.

Sementara Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bekasi, Muchlis menambahkan, serangkaian upaya terus dilakukan, agar kesadaran masyarakat mencegah bencana bisa terbentuk.

“Kami berharap, dengan peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana ini, semakin menggugah kesadaran masyarakat bahwa bencana merupakan tanggung jawab bersama, harus ada kepedulian dalam pencegahannya,” tandas Muchlis. (and)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin