Berita Bekasi Nomor Satu

Pelaminan Terendam, Tamu Tak Hadir, Hidangan Disantap Tetangga

PENGANTIN BARU : Deni Indra Setiadi (28) dan Diana Nabila (23) saat menaiki perahu menuju masjid Al Ikhlas untuk melangsungkan akad nikah (kiri). Deni dan Diana saat ditemui di kediamannya di Perumahan Pondok Hijau Permai, Rawalumbu (Kanan), , Selasa (23/2). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Peristiwa pada Sabtu 20 Februari lalu, tak akan pernah hilang dari ingatan pasangan pengantin baru Deny Indra Setiardi (28) dan Diana Nabila (23). Di hari itu, keduanya mengikat janji menjadi pasangan suami istri di tengah kepungan banjir di Perumahan Pondok Hijau Permai (PHP).

Laporan : Surya Bagus
RAWALUMBU

Manusia hanya berencana, Tuhan lah yang menentukan. Peribahasa ini menggambarkan pasangan pengantin baru Deny Indra Setiardi  dan Diana Nabila. Melangsungkan resepsi pernikahan yang dihadiri tamu undangan dan kerabat dekat hanya tinggal impian. Pasalnya, dihari bahagia itu hujan deras mengguyur Kota Bekasi yang merendam sejumlah wilayah termasuk rumah mempelai wanita.

Ditemui Radar Bekasi di rumah yang baru di sewa di di Perumahan PHP, Jalan Gandaria Selatan Tiga, Blok F2, Nomor 1, RT 02/024, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, keduanya menceritakan awal pertemuannya hingga pengalaman melangsungkan pernikahan di tengah kepungan banjir.

“Ketemunya saya itu kan kerja di bank, dia kerja di minimarket, nah ketemu dia lagi nuker duit (menukar uang),” kata Deny seraya tersenyum mengenang momen pertemuan dengan sang istri, Selasa (23/2).

Tepat pada 17 Januari lalu, prosesi lamaran dilaksanakan, satu bulan setelahnya dengan kesepakatan keluarga melangsungkan pernikahan. Tanggal pernikahan semakin dekat, tepat di satu hari sebelum hari pernikahan cuaca mulai menunjukkan ketidakberpihakan kepada mereka. Masih kental diingatan mereka hari itu tenda untuk resepsi pernikahan mulai dibentangkan di depan rumah orang tua Deny, sekira 100 meter dari rumah yang ia sewa saat ini.

Sejak pagi awan hitam menyelimuti lingkungan tempat tinggalnya, sampai akhirnya hujan mulai turun, intensitas hujan yang turun membuat wilayah ini digenangi air setinggi lutut orang dewasa. Sabar adalah pilihan satu-satunya saat itu hingga hujan akhirnya mereda, Deny dan Diana lega, Sabtu (20/2) dini hari, hujan kembali turun sampai pagi menjelang akad nikah, kehendak alam membuat genangan air yang diharapkan surut tidak terjadi, sampai menunda akad nikah yang semula rencananya dilaksanakan pukul 09.00 WIB menjadi pukul 13.00 WIB pada siang hari, lagi-lagi dengan harapan genangan air perlahan surut, namun tidak terjadi.

“Kemudian berharap agar hari Sabtunya itu air surut, kita udah berharap banget, udah agak surut sedikit (Jumat malam), dan di hari Sabtu subuh ternyata dihajar hujan lagi dan tinggi lagi itu air di sekitar rumah saya,” ungkapnya.

Kehendak alam tidak bisa dihindari, hingga Sabtu siang banjir tak kunjung surut, prosesi akad nikah harus disegerakan hari itu juga, tidak ada niat untuk menunda pernikahan. Akhirnya, Deni beserta sang istri bertolak ke masjid terdekat. Masjid Al Ikhlas yang berada di lingkungan perumahannya menjadi tempat peroses akad nikah.Tanpa mengenakan busana yang direncanakan untuk akad nikah, sejatinya akad nikah dilangsungkan di pelaminan.

Dua sejoli datang menjemput takdir, mereka menuju masjid dengan cara menerjang banjir. Sesampainya di masjid, keduanya lantas berganti busana dengan busana yang sudah direncanakan untuk prosesi akad nikah. Sesegera mungkin akad nikah dilangsungkan, keduanya pun bahagia bercampur sedih, prosesi sakral ini dihadiri oleh keluarga inti dan warga sekitar, ditambah beberapa teman dekat saja yang nekat menerobos banjir mulai dari pintu masuk perumahan sampai ke area masjid.

Usai melangsungkan akad nikah, keduanya lantas bergerak menuju pelaminan. Pelaminan yang sudah berdiri tidak dimanfaatkan untuk berfoto bersama. Panitia pernikahan meminjam perahu karet milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi yang disiagakan di lokasi untuk membawa kedua pengantin menuju pelaminan.

Terhadap kehendak alam di hari bahagia ini, keluarga baru ini mengaku ikhlas, keluarga masing-masing pun ikhlas prosesi akad nikah tanpa didatangi oleh 200 tamu undangan sesuai jumlah undangan yang disebar. Selain keluarga kedua pengantin, nyaris hanya enam rekan dari pengantin perempuan dan satu rekan kerja dari pengantin pria yang datang di hari bahagia mereka. Selebihnya mengucapkan selamat melalui pesan singkat.

“Kalau orang tua saya, kan saya yang ngadain (resepsi), bapak saya ya sudah legowo, karena pas masang pelaminan, pas subuh juga hujan, banjir,” tukasnya.

Otomatis, mulai dari tenda dan perlengkapan protokol kesehatan yang rencananya digunakan di lokasi pelaminan tidak terpakai, souvenir tidak dibagikan di hari bahagia, catering yang sudah dipesan disantap bersama dengan warga sekitar. Total 200 pcs undangan dicetak dan dibagikan, biaya yang keluar pun tidak sedikit, untuk tenda dan pelaminan menghabiskan uang Rp12 juta, sedangkan untuk catering menghabiskan uang Rp15 juta, dua item ini saya sudah menguras kocek Rp27 juta di luar biaya cetak undangan dan biaya lainnya.

Hasil keputusan pada saat prosesi lamaran, akad nikah rencananya dilaksanakan pada pada tanggal 19 Februari, dilanjutkan dengan resepsi pernikahan hari berikutnya. Dalam perjalanan waktu, kedua pengantin berniat untuk merampungkan hari bahagian mereka dalam satu hari, mulai dari akad nikah sampai dengan resepsi pernikahan, ditanggal 20 Februari, tanggal ini dipilih setelah melalui pertimbangan, sang istri menginginkan pernikahan mereka dilaksanakan di tanggal cantik.”Tadinya saya mau di tanggal cantik, tanggal 21 bulan dua tahun 2021,” ungkap Diana tersenyum manis.

Deny telah mengetahui wilayah ini menjadi langganan banjir, semakin tahun semakin parah ketinggian airnya. Namun, ia sama sekali tidak menyangka, bencana yang akrab ia rasakan bersama orang tuanya ini terjadi di hari pernikahannya.(*)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin