Berita Bekasi Nomor Satu

Ahli: Divaksin Lengkap, 25 Kali Lebih Kecil Tertular Covid-19

ILUSTRASI. Para peneliti menemukan bahwa peserta yang divaksin lengkap akan 25 kali lebih kecil kemungkinannya untuk positif Covid-19 daripada mereka yang tidak divaksin. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com )

RADARBEKASI.ID, BEKASI-Seseorang masih bertanya-tanya apakah diri mereka bisa tertular Covid-19 jika sudah divaksinasi lengkap.

Penelitian menegaskan bahwa vaksin tidak selalu mencegah infeksi. Namun, para peneliti yakin vaksin Covid-19 setidaknya mencegah setengah dari orang yang divaksinasi terkena gejala Covid-19.

Untungnya, vaksin tersebut jauh melebihi ekspektasi. Misalnya, pada 6,5 ​​juta penduduk Israel, berusia 16 tahun ke atas, vaksin Pfizer-BioNTech mRNA Covid-19 ditemukan 95,3 persen efektif setelah kedua suntikan.

Dalam dua bulan, di antara 4,7 juta yang divaksinasi penuh, infeksi yang terdeteksi turun hingga 30 kali lipat.

Demikian pula di California dan Texas, hanya 0,05 persen pekerja perawatan kesehatan yang divaksinasi penuh dinyatakan positif Covid-19.

Dilansir dari The Conversation, Kamis (27/5/2021), Ahli imunologi mengharapkan vaksin yang disuntikan  melindungi dari penyakit virus juga mengurangi penularan virus setelah vaksinasi. Tetapi sebenarnya sulit untuk mengetahui dengan pasti apakah orang yang divaksinasi tidak menyebarkan kuman.

Covid-19 menimbulkan tantangan khusus karena orang dengan infeksi asimtomatik dan pra-gejala (OTG) dapat menyebarkan penyakit. Dan pelacakan dan pengujian kontak yang tidak memadai berarti mereka yang tidak memiliki gejala jarang terdeteksi.

Beberapa ilmuwan memperkirakan bahwa jumlah infeksi Covid-19 tanpa gejala di seluruh populasi bisa 3 hingga 20 kali lebih tinggi daripada jumlah kasus yang dikonfirmasi. Penelitian menunjukkan bahwa kasus Covid-19 OTG dapat menyebabkan hingga 86 persen dari semua infeksi.

Dalam satu penelitian, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS menguji personel perawatan kesehatan sukarelawan dan pekerja garis depan lainnya di 8 lokasi AS untuk infeksi SARS-CoV-2 setiap minggu selama tiga bulan, terlepas dari gejala atau status vaksinasi. Para peneliti menemukan bahwa peserta yang diimunisasi lengkap akan 25 kali lebih kecil kemungkinannya untuk positif Covid-19 daripada mereka yang tidak divaksinasi.

Temuan seperti ini menyiratkan bahwa jika orang yang divaksinasi terlindungi dengan baik dari infeksi sama sekali, mereka juga kecil kemungkinannya untuk menyebarkan virus. Tetapi tetap harus dibuktikan melalui pelacakan kontak untuk membuktikan apakah asumsi tersebut benar.

“Yang kita tahu pasti adalah bahwa jika seseorang terkena Covid-19 setelah vaksinasi, gejalanya akan lebih ringan,” tulis studi tersebut.

Studi telah menemukan bahwa orang yang dites positif Covid-19 setelah mendapatkan dosis vaksin pertama mereka memiliki tingkat virus yang lebih rendah di tubuh mereka daripada orang yang tidak divaksinasi yang dites positif. Para peneliti percaya penurunan viral load mengisyaratkan bahwa orang yang divaksinasi lalu tertular virus akan lebih sedikit menularkan. Sebab mereka akan memiliki lebih sedikit virus yang dapat menyebar ke orang lain.

Sebuah studi pracetak yang belum ditinjau oleh rekan sejawat menunjukkan bahwa vaksin Moderna mRNA COVID-19 dapat menghasilkan antibodi penangkal virus Korona dalam cairan mulut dan hidung. Karena di situlah SARS-CoV-2 masuk, antibodi di mulut dan hidung harus menghalangi virus masuk ke tubuh, secara efektif memberikan kekebalan yang mensterilkan. Ini juga berarti orang yang divaksinasi mungkin tidak akan menyebarkan virus melalui tetesan pernapasan.

Potongan-potongan bukti ini menjanjikan. Tetapi tanpa penelitian lebih lanjut, para ilmuwan belum dapat menyimpulkan bahwa vaksin Covid-19 benar-benar melindungi dari semua penularan. (jpc)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin