Berita Bekasi Nomor Satu

Hasil Tangkapan Kepiting Sedikit, Harga Anjlok

JEMUR IKAN: Nelayan menjemur ikan hasil tangkapan, di Desa Pantai Bahagia, Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Selasa (14/6). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sejumlah nelayan mengeluh akibat turunnya harga hasil tangkapan dari laut, salah satunya jenis kepiting. Dengan kondisi itu, membuat para nelayan sulit melaut, karena hasil tangkapan mereka tidak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan.

Salah satu nelayan, Yasin (45) mengakui, hasil laut yang harganya paling merosot, yakni kepiting yang tak kunjung stabil dalam beberapa bulan terakhir.

Kata dia, harga kepiting awalnya berkisar antara Rp 80.000 sampai pernah menyentuh angka Rp 120.000 per kilogram. Tapi, dalam beberapa bulan terakhir, harga kepiting tidak sampai Rp 50.000, dan malah pernah mencapai Rp 20.000 per kilogram.

“Memang harga jual kepiting lagi turun. Kalau minggu sebelumnya, pernah mencapai Rp 80.000 sampai Rp 120.000 per kilogram. Namun saat ini, hanya Rp 20.000 sampai Rp 25.000 per kilogram,” ucap warga Desa Pantai Bahagia ini.

Karena harganya kian merosot, Yasin pun mengaku sulit untuk melaut kembali. Apalagi kondisi di laut makin berat, dengan adanya pencemaran.

“Kondisi di laut juga berat, banyak sampah dan limbah. Saya memilih untuk benerin kapal,” tuturnya.

Hal serupa disampaikan nelayan lainnya, Heri (34). Selain harganya yang turun, para nelayan juga mengaku kesulitan mendapatkan hasil laut akibat pencemaran di perairan Muaragembong.

“Untuk mendapatkan kepiting sudah sulit sekarang, apa lagi harga turun drastis,” beber Heri.

Akibat anjloknya harga tangkapan dari laut, hasil penjualan tidak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Ia biasanya mendapatkan Rp 150.000 – Rp 200.000 per hari itu, kini hanya dapat penghasilan Rp 50.000.

“Biasanya kalau dapat kepiting, bisa dijual Rp 40.000 – Rp 40.000, kadang juga gak dapat. Soalnya dalam beberapa hari ini susah banget,” ucapnya.

Sekretaris Desa Pantai Bahagia, Ahmad Qurtubi, membenarkan kondisi tangkapan para nelayan yang merosot. Keluhan dari para nelayan ini sudah disampaikan sejak beberapa bulan lalu, yang kemudian diteruskan pada pihak pemerintah daerah.

“Keluhan para nelayan ini memang masuk ke kami. Memang kondisi di laut lagi susah, makanya kadang nggak setiap melaut itu dapat ikan, apalagi kepiting. Kami berharap ada perhatian dari pemerintah,” ujar Qurtubi.

Kata dia, hampir 75 persen warga Pantai Bahagia menggantungkan hidupnya dari hasil laut, baik sebagai nelayan maupun pedagang ikan. Akibat tangkapan ikan yang menurun, membuat kondisi keseharian warga di Muaragembong pun sulit.

Kondisi ini terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Lanjut Qurtubi, turunnya harga jual dan hasil tangkapan nelayan, menjadi salah satu faktor meningkatnya angka kemiskinan di Desa Pantai Bahagia.

“Pak Yasin dan Heri, merupakan dua dari seribu warga yang terdampak. Mereka tinggal di tempat yang belum layak, yakni di gubuk berukuran 3×4 meter. WC-nya pun belum ada, jadi untuk kebutuhan MCK di luar,” ungkapnya.

Qurtubi menjelaskan, Pemerintah Desa Pantai Bahagia telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Bekasi, terkait permasalahan yang dihadapi ribuan warga yang menggantungkan hidup dari melaut.


Solverwp- WordPress Theme and Plugin