Berita Bekasi Nomor Satu

Kabupaten Bekasi Krisis Regenerasi Petani

PANEN PADI : Seorang petani memanen padi dari area persawahan, di Setu, Kabupaten Bekasi, Senin (19/6). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Program petani milenial yang digaungkan oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, belum berjalan di Kabupaten Bekasi. Pasalnya, Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, tidak memiliki data berapa jumlah petani milenial yang sudah bergabung.

Sedangkan dari pantauan Radar Bekasi di lapangan, regenerasi petani di Kabupaten Bekasi nyaris punah, karena tidak adanya anak-anak milenial yang tertarik ke pertanian.

Minimnya ketertarikan para milenial dalam pertanian, karena dianggap tidak ada harapan untuk maju dibidang tersebut. Alhasil, para petani lebih memilih anaknya bekerja di sektor lain.

“Memang untuk regenerasi petani mulai menghilang. Orang-orang tua jarang yang mengajak anaknya menjadi petani. Karena pekerjaan petani itu dianggap tidak menjanjikan,” ujar Anggota Komisi IV DPR RI, Daeng Muhammad, kepada Radar Bekasi.

Jargon swasembada pangan yang digaungkan oleh pemerintah, kata Daeng, hanya sebatas seremonial. Alasannya, karena tidak diikuti oleh kebijakan yang memihak kepada para petani. Seperti halnya dari sisi pengairan, teknis, pasokan air dan lain-lain, itu tidak diperhatikan. Kemudian dari sisi kebijakan pupuk semakin rumit. Harusnya ada suatu kebijakan yang mengurus dari masa tanam sampai panen.

“Jadi bukan hanya diurus pada saat menanam panen saja. Tapi juga pasca tanam atau pasca panen. Ketika panen ada offtaker yang bisa membeli padi-padi petani dengan harga tinggi,” sarannya.

Menyikapi hal itu, Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Nayu Kulsum menjelaskan, sekarang memang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi sedang berusaha agar kalangan milenial mau terjun ke pertanian, jangan hanya yang tua-tua.

Namun dirinya tidak bisa memastikan ada berapa petani milenial yang terdata di Kabupaten Bekasi.

“Jumlahnya ada puluhan. Pada saat kunjungan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, kami membawa sekitar 15 orang petani milenial (petmil),” terang Nayu.

Tidak bisa dipungkiri, Nayu mengaku, memang ada kesulitan untuk mengajak anak-anak milenial agar mau terjun ke pertanian. Kemungkinan, anak-anak milenial ini melihat pertanian itu identik kotor. Meski demikian, dirinya tetap berusaha untuk mengajak anak-anak milenial, agar terjun ke pertanian, karena ketahanan pangan sangat penting.

“Ketahanan pangan ini kan penting, salah satunya untuk menyokong pangan nasional. Kabupaten Bekasi urutan empat se Jawa Barat penyokong pangan,” beber Nayu. (pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin