Berita Bekasi Nomor Satu

Cegah LGBT Sejak Dini di Dunia Pendidikan

FOTO BERSAMA: Anggota MGBK SMK Kota Bekasi foto bersama usai membahas perihal LGBT dan kesehatan mental bagi kalangan siswa. ISTIMEWA/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) menjadi permasalahan yang perlu ditangani secara serius, baik secara umum maupun di dunia pendidikan.

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi, Novrian, mengakui fenomena LGBT sudah sangat mengkhawatirkan. Mereka sudah terlihat secara langsung maupun melalui media sosial (medsos).

“Kemajuan teknologi dan juga sirkel harus menjadi perhatian, karena arus saat ini perkembangnya cukup cepat,” ucap Novrian kepada Radar Bekasi, Selasa (31/10).

Lebih lanjut, menurut pengajar di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya) ini,  fenomena LGBT antara lain berawal dari maraknya kasus sodomi.

“Fenomena suka sesama jenis itu, berawal dari maraknya aksi tersebut di medsos,” tutur Novrian.

Menurutnya, pada 2023 terdapat dua kasus sodomi di Kota Bekasi. Kekerasan seksual tersebut dilakukan oleh orang dewasa dengan korbnnya anak laki-laki.

Meskipun baru ditemukan dua kasus, Novrian menekankan perlunya antisipasi karena jumlah korban dalam satu kasus dapat mencapai belasan orang.

“Dalam satu kasus saja korbannya belasan orang, artinya sangat berbahaya sekali, ” ujar Novrian.

BACA JUGA: Mendesak Perda LGBT

Ia berujar, tanpa penanganan serius korban dapat menjadi pelaku kasus sodomi karena kasus penyimpangan seksual dianggap biasa. Oleh karena itu, pihak sekolah harus mengantisipasi dan menerapkan langkah pencegahan. Ini bukan hanya tanggung jawab guru Bimbingan Konseling (BK), tetapi semua guru dan orangtua harus ikut melakukan pengawasan terhadap anak-anak.

“Kita harus mengubah orientasi bullying, kekerasan seksual. Itu bukan hanya tugas guru BK saja. Tapi mereka bisa membuat sistem penanganan, yang melibatkan orang tua, semua guru, dan guru BK sebagai pioneering, dimana penanganan tersebut bisa dilakukan secara holistik,” saran Novrian.

Novrian menilai bahwa pendidikan saat ini sangat kritis terkait pembelajaran adab dan karakter. Pendidikan harus meningkatkan nilai-nilai budaya dan kesantunan, bukan hanya fokus pada penilaian akademik.

“Ada krisis pembelajaran adab, karena lebih mementingkan penilaian akademik, padahal pendidikan itu harus ditingkatkan nilai-nilai budaya dan kesantunan. Pihak sekolah harus membuat sirkel atau pendekatan kelompok siswa, yang bisa mengkampanyekan stop bullying, dan kekerasan seksual seperti LGBT,” imbuhnya.

Sementara Ketua Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMK Kota Bekasi, Heri Purnomo, menyampaikan bahwa persoalan di dunia pendidikan yang dihadapi guru BK secara umum, sama. “Kami selalu angkat persoalan secara umum yang dihadapi para guru, salah satunya kekerasan seksual atau menyimpang,” tandasnya.

Heri menekankan perlunya antisipasi dan perhatian khusus dari guru BK, seluruh guru, dan orangtua siswa terhadap masalah kekerasan seksual dan LGBT di dunia pendidikan.

“Yang bisa kami lakukan adalah, mengantisipasi dan memberi perhatian secara khusus, baik itu dari kami selaku guru BK dan orangtua siswa,” pungkas Heri. (dew)

 

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin