Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Pabrik di Purwakarta Tutup, Toko Bata di Bekasi Masih Beroperasi Seperti Biasa  

LIHAT PRODUK: Konsumen melihat produk di Toko Bata Jalan Ir H Juanda, Kamis (10/5/2024). SURYA BAGUS/RADAR BEKASI  

RADARBEKASI.ID, BEKASI – PT Sepatu Bata Tbk mengumumkan penutupan pabrik di Purwakarta sejak 30 April 2024 lalu. Namun, toko Bata di Bekasi masih beroperasi seperti biasa.

Pantauan Radar Bekasi, Kamis (10/5/2024), Toko Bata di Jalan Ir H Juanda Bekasi Timur masih beroperasi normal. Sejumlah konsumen melihat-lihat produk yang dipajang di dalam toko, termasuk sendal, sepatu, dan tas.

Label promo spesial Ramadan masih terpajang, bersama dengan promo potongan harga hingga 50 persen. Selain produk Bata, beberapa produk lain seperti North Star juga tersedia di rak produk.

Salahsatu karyawan Toko Bata, Ramdan menyampaikan bahwa persediaan produk Bata masih cukup untuk memenuhi permintaan konsumen.

“Persediaan macam-macam produk, size, dan harga masih cukup,” katanya.

Sejauh ini Ramdan tidak mendengar informasi bahwa toko akan ditutup. Ia juga mengaku tidak banyak mengetahui tentang penutupan pabrik sepatu Bata di Purwakarta. Dirinya menjamin toko akan tetap beroperasi seperti biasa.

Nyaris tidak ada yang berubah secara signifikan kata dia, tidak ada kelangkaan juga kenaikan harga produk Bata di toko tempatnya bekerja.

“Diskon ini sudah dari Ramadan. Untuk harga masih normal,” ungkapnya.

Selama ini, kata dia, pembeli yang datang cenderung membeli produk Bata untuk keperluan sekolah dan bekerja.

BACA JUGA: Operasional Lima Perusahaan Pabrikasi di Cikarang Dihentikan

Keluarga Zahra (20) adalah salah satu pecinta Bata. Pada masa-masa sekolah kenang dia, Zahra kerap dibelikan sepatu Bata oleh orang tuanya.

“Mamah dulu sering belinya merk Bata, kayak sendal, sepatu,” katanya.

Sampai saat ini, orang tua Zahra sehari-hari masih setia menggunakan produk Bata. Orang tuanya masih menggunakan alas kaki Bata lantaran awet.

Bahkan sendal yang masih sampai saat ini dipakai, usianya diperkirakan sudah tiga tahun sejak pertama kali dipakai. Kondisinya masih terbilang nyaman untuk digunakan. Meskipun label merk nyaris sudah tak terlihat, lapisan paling atas dari sandal tersebut juga sudah nampak terkelupas.

“Masih dipake itu, jadi sendal kesayangan mamah, sering dipake. Soalnya enak katanya, mungkin karena di bagian belakangnya itu ada kaya bantalannya gitu,” ucapnya.

Mendengar pabrik sudah tidak lagi beroperasi, warga Jatiasih ini sangat menyayangkan hal itu. Bagi keluarganya, harga produk Bata terbilang relatif masih terjangkau.

“Sayang banget, karena awet. Saya dulu sering dibelikan sandal yang Bubblegum Bata,” tambahnya.

Produk alas kaki legendaris ini nampaknya perlahan mulai kehilangan dominasi di generasi milenial. Pasalnya, berbagai produsen saat ini tidak berhenti berinovasi, mengikuti trend zaman.

Saat ini pun, banyak brand-brand lokal yang digandrungi oleh generasi milenial.Seperti Isal (23), warga Bekasi Timur ini mengaku kerap membeli brand lokal.

“Saya nggak punya (produk Bata), soalnya kalau sepatu atau sandal lebih cari brand-brand lokal gitu sih,” ungkapnya.

Pandemi Covid-19 dan perubahan perilaku konsumen yang berjalan secara cepat membuat PT Sepatu Bata Tbk harus berjibaku untuk mempertahankan bisnisnya.

Sebagai gantinya, perusahaan alas kaki legendaris ini akan menawarkan produk baru yang dirancang dan dikembangkan bersama dengan produsen lokal dan pabrik yang bermitra di Indonesia.

BACA JUGA: 32 Orang Korban PHK Pabrik Ban di Cikarang Cabut Penolakan Kompensasi

Menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata tersebut, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkapkan bahwa industri sektor padat karya perlu mendapat banyak perhatian karena mendapat persaingan dari sektor padat modal.

“Industri padat karya kita harus menjadi perhatian, karena kita melihat bahwa kalau investasi yang masuk saat ini juga mulai beralih dari sektor padat karya ke padat modal, karena akan semakin sulit bagi sektor padat karya saat ini,” ujar Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani.

Shinta menilai menurunnya faktor demand ekspor maupun domestik juga turut berpengaruh terhadap tutupnya pabrik produk sepatu asal Ceko tersebut.

“Ini kembali lagi soal cost yang terus meningkat, dan pada akhirnya perusahaan seperti Bata walaupun sudah hadir begitu lama di Indonesia harus melihat apakah masih feasible sebagai bisnis,” imbuhnya.

Menurutnya, dari segi daya saing dengan produk sepatu lainnya, Bata bisa dikatakan telah kalah bersaing sehingga kurang prospektif dari segi bisnis.

Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya demand ekspor dari pabrik Bata adalah kondisi geopolitik yang ternyata berdampak juga bagi Indonesia.

Sedangkan untuk pasar domestik, rendahnya daya beli dari masyarakat disinyalir menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh.

“Jadi dari segi industri seperti Bata itu bukan hanya sekarang, tetapi dia juga on going sudah melakukan evaluasi dan juga melihat dengan kondisi sekarang yang semakin memburuk sehingga dia tidak bisa bertahan lagi,” kata Shinta.

Sebagai informasi, pabrik sepatu milik PT Sepatu Bata Tbk di Purwakarta yang telah berdiri sejak 1994 resmi ditutup per 30 April 2024. Tutupnya pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Cibening Kecamatan Bungursari Purwakarta itu diumumkan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 Mei lalu.

Dalam keterangannya tersebut, Director and Corporate Secretary PT Sepatu Bata Tbk, Hatta Tutuko menjelaskan pihaknya terpaksa menghentikan produksi karena perusahaan sudah tidak mampu melanjutkan produksi lagi di pabrik itu lagi.

Hatta melanjutkan, permintaan terhadap produk Bata yang diproduksi di pabrik Purwakarta juga terus mengalami penurunan.

“Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat,” pungkas Hatta dalam keterangannya tersebut.

Sepatu Bata sudah hadir di tanah air sejak sebelum masa kemerdekaan, tepatnya 1931. Dikutip dari laman resminya, pada tahun tersebut, Bata melakukan kerjasama dengan NV, Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok.

Berselang enam tahun, Tomas Bata mendirikan pabrik sepatu di tengah perkebunan karet di area Kalibata, Jakarta Selatan, dan resmi memproduksi sepatu pada 1940.

Pada 24 Maret 1982, PT Sepatu Bata Tbk terdaftar di Jakarta Stock Exchange. Kemudian pada 1994, konstruksi pabrik sepatu Bata di Purwakarta telah rampung, pabrik yang kini telah berhenti berproduksi.

Selain merk Bata, merk-merk seperti Marie Claire, Comfit, Power, Bubblegummers, North Star, B-First, dan Weinbrenner juga berada di bawah naungan pabrik sepatu Bata. (sur/jpg)

 

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin