Berita Bekasi Nomor Satu

Gita Pamit Tak Seperti Biasanya

Gita Lestari

RADARBEKASI.ID, BEKASI – “Saya pasrah, sudah ikhlas saja, cuma saya berharap meskipun adik saya tidak selamat, tapi ditemukan dalam keadaan utuh,” kata Shinta, kakak Gita Lestari (36) salah satu crew pesawat Sriwijaya Air SJ-182 tujuan Jakarta Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (8/1).

Gita merupakan satu dari tiga warga Kota Bekasi yang menjadi korban kecelakaan pesawat boing 737-500 tersebut. Selain Gita yang pernah tinggal di perumahan Kelurahan Durenjaya Bekasi Timur, ada kopilot Diego Mamahit warga kecamatan Pondok Gede dan Didik Gunadi warga Vida Bumipala Bantargebang Kota Bekasi.

Gita merupakan alumni SMA Korpri, Bekasi Timur. Kini ia tinggal di kawasan perumahan Banjar Wijaya, Cluster Cemara 2, Blok BD 23, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang bersama suami Ardo yang juga sebagai Pramugara Pesawat Garuda dan kedua anaknya. Sementara orangtuanya menetap di Kavling Graha Satria, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi. Sedangkan Shinta tinggal di Kavling Family, Kelurahan Bekasijaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.”Ya, betul (tinggal dan sekolah di Kota Bekasi). Dulu di Bekasi, cuma dia (Gita) sudah tinggal di Tangerang sama suami dan anaknya,” kata Shinta.

Kepada Radar Bekasi, Shinta mengaku Informasi pertama kali didapat dari siaran televisi. Mendapati kabar ini, Shinta berusaha untuk memastikan apakah pesawat yang hilang kontak dan jatuh itu adalah pesawat yang ditumpangi adiknya. Ia segera menghubungi suami Gita, dan kabar yang diterima adalah benar pesawat yang ditumpangi Gita.

Pagi harinya, ia telah mengetahui jadwal penerbangan Gita, diperoleh langsung dari sambungan seluler adiknya. Tidak biasanya Gita menghubungi keluarga untuk memberitahukan informasi ini, biasa hanya melalui pesan singkat. Hari itu ia dijadwalkan empat kali lending dengan penerbangan Jakarta – Pontianak, dan Jakarta Padang, segera ia berpesan kepada adiknya untuk selalu berhati-hati.

“Memang biasanya dia nggak pernah telfon, cuma kemarin telfon, (biasanya) dia hanya kirim WhatsApp ke saya, biasanya ke mamahnya pun nggak pernah telfon, ini telfon,” terangnya.

Saat ini ia dan keluarga hanya pasrah mengikhlaskan apa yang menimpa Gita, terlebih didapat informasi terbaru oleh keluarga bahwa kecil harapan penumpang dan awak pesawat selamat dari peristiwa ini. Gita pergi meninggalkan suami dan dia anak, anak pertama duduk di bangku kelas 12 SMA, anak nomor dua masih berusia 5 tahun.

Sementara itu, salah seorang rekan sekolahnya semasa di SMA Korpri Ardyta (36) mengaku, baru seminggu yang lalu sempat berkomunikasi. Dia bercerita, semasa sekolah Gita merupakan siswa yang pemalu dan pendiam. “Merasa kehilangan banget, meskipun jarang ketemu tapi saya selalu berkomunikasi, karena dulu waktu sekolah pernah sekelas,”katanya.

Bahkan, semasa belum lama ini Gita mengaku ingin berhenti sebagai pramugari. ”Katanya udah capek. Kemarin sempat nanyain kerjaan, tapi belum ada yang cocok. Jadi, sampe sekarang masih sebagai pramugari,” imbuhnya.

Kepala SMA Korpri, Hery Sujiyanto menambahkan, Gita merupakan siswa lulusan 2002 jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), salah satu dari ribuan siswa dengan prestasi cukup baik.

Dengan posturnya yang terbilang cukup tinggi, Gita pernah mengikuti ekstrakurikuler Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) di sekolah. Ia terkenal baik, aktif, sopan, dan familiar di sekolah.
“Seingat saya, Gita ini anaknya tinggian, ikut ekskul Paskibra. Dia anaknya baik, aktif, dan prestasinya cukup baik,” terang Hery.

Sementara itu, co-pilot Diego Mamahit merupakan alumni Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Kota Bekasi, ayah Diego tinggal di wilayah Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi. “Co-pilot Sriwijaya Air yang jatuh kemarin benar adalah alumni SMAN 5 Bekasi angkatan 2005,” kata Kepala SMAN 5 Kota Bekasi, Sumartini kepada Radar Bekasi.

Diego Mamahit tercatat sebagai siswa kelas 12 jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 5. Sekolah menilai Diego sebagai siswa dengan prestasi cukup menonjol, sehingga ia menjadi panutan bagi adik kelasnya yang lain.”Anaknya sangat ramah dan santun, serta loyal sama teman-teman nya. Keluarganya welcome banget, dan support sekolah untuk kemajuan prestasinya,” tukasnya.

Wali kelas Diego Mamahit, Muhammad Gaponi mengenang Diego sebagai sosok pendiam tapi ramah terhadap siapapun, sehingga dia pun banyak disukai teman-temannya. Tak hanya dari teman-teman di sekolah saja yang senang dengan sosok Ago, sapaan akrabnya. Namun, semua guru pun di sekolah suka karena anaknya itu sopan dan ramah. Intinya, dia anak yang baik.

“Dari segi prestasi belajarnya juga bagus, nilai sekolahnya bagus dan selalu rangking 1- 3 dari kelas satu sampai tiga. Dan saya yang pernah jadi Wali kelasnya mengakui, kalau anaknya iru baik kepada siapapun. Makanya, temen dia banyak sampai rumahnya juga kan dijadikan untuk tempat kumpuk teman-temannya,” ungkapnya.

Korban pesawat warga Kota Bekasi lainnya yakni Didik Gunadi. Pada penerbangan Sabtu lalu, Didik tercatat sebagai penumpang dalam pax manifest duduk di bangku dengan nomor SN3F. Informasi yang dihimpun oleh Radar Bekasi, Didik meripakan pilot senior NAM Air, anak perusahaan dari Sriwijaya Air.

Saat Radar Bekasi mendatangi kediaman Didik di kawasan Perumahan Vida Bumipala, RT 008/019 Kelurahan pedurenan Bantargebang, nampak warga tengah berkumpul tepat didepan kediaman Didik. Sayang, tidak ada satupun anggota keluarga berada di rumah, mereka dikabarkan tengah berada di Jakarta untuk mendapatkan perkembangan informasi jatuhnya pesawat, warga nampak tengah mendirikan tenda.

“Kami selaku teman-teman pengurus (RT/RW) kaget dengan kejadian tersebut, jadi kami pengurus RT dan RW mengambil langkah untuk mencari info dari pihak istri, saudara, dan berita,” terang Ketua RW 019, Perumahan Vida Bumipala, Kelurahan Padurenan, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Bambang saat dijumpai di kediaman Didik.

Warga sekitar dan pengurus RT/RW mendapatkan kabar dari pesan singkat pukul 18.00 WIB Sabtu lalu, untuk memastikan informasi yang diterima pengurus RT/RW mendatangi langsung kediaman Didik. Didik tinggal di lingkungan ini sekira delapan tahun, lingkungan sekitar mengenal Didik sebagai sosok yang cukup aktiv bersosialisasi dengan lingkungan, hal ini membuat Didik menjadi sosok yang cukup berkesan di lingkungan tempat tinggalnya.”Alhamdulillah beliau juga orangnya bersosialisasi dengan warga RT 08 dan pengurus, ramah lah, beliau ramah dengan warga,” tukasnya. (sur/mhf)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin