Berita Bekasi Nomor Satu

Plasma Konvalesen Mulai Februari

Illustrasi : Petugas palang Merah Indonesia mengambil darah di Kantor PMI di Jalan Veteran, Margajaya, Bekasi Selatan, Senin (25/1). PMI Kota Bekasi baru akan memulai pekan depan untuk plasma konvalesen atau plasma darah dari penyintas Covid-19. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI
DONOR DARAH : Petugas palang Merah Indonesia mengambil darah di Kantor PMI di Jalan Veteran, Margajaya, Bekasi Selatan, Senin (25/1). PMI Kota Bekasi baru akan memulai pekan depan untuk plasma konvalesen atau plasma darah dari penyintas Covid-19. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Perlu usaha keras bagi keluarga pasien Covid-19 untuk mencari Plasma Konvalesen (PK) yang memerlukan transfusi plasma darah. Pasalnya, di Kota Bekasi hingga saat ini belum tersedia.Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bekasi menargetkan mulai bulan Februari melayani pendonor PK untuk wilayah Kota Bekasi.

Selama ini, pembutuh plasma yang bertanya kepada PMI Kota Bekasi diarahkan ke kantor PMI Kabupaten Bekasi yang telah melayani pendonor plasma. Saat ini pendonor belum dilayani lantaran perlengkapan donor baru saja tiba di kantor PMI Kota Bekasi, salah satu kendalanya berkaitan dengan harga alat yang tergolong mahal.

“Karena kita belum jalan operasionalnya, jadi kita nggak mendata, hanya kalau ada misalnya, silahkan hubungi PMI Kabupaten, tapi ada aja sih setiap hari yang nanya,” terang Bagian Perekrutan Pelayanan Donor Darah Sukarela (P2D2S) PMI Kota Bekasi, Lisa Nodya Chintadini saat dijumpai di kantornya, Senin (25/1).

Saat ini PMI Kota Bekasi mendapatkan peralatan donor dari kerja sama operasi (KSO) dengan pihak lain. Saat ini petugas khusus PMI Kota Bekasi tengah menjalani pelatihan khusus donor plasma, hal ini dilakukan untuk segera beroperasi melayani pendonor di wilayah Kota Bekasi.

Beberapa ketentuan harus dipenuhi untuk mendonor plasma, diantaranya berat badan 55 kg, serta merupakan pendonor darah aktif. Pendonor yang dicari cenderung jenis kelamin laki-laki, kecuali jenis kelamin perempuan dengan catatan belum menikah atau melahirkan.

Setiap pendonor akan diambil plasmanya 400 hingga 500cc. Pengambilan darah akan berlangsung melalui satu alat yang berfungsi menyaring darah merah dengan plasma yang akan diambil, darah yang telah dipisahkan dengan plasma kemudian kembali dialirkan kedalam tubuh pendonor.”Jadi mencari pendonornya yang sulit sebenarnya, tidak sama dengan donor biasa,” tambahnya.

Pendonor plasma ini utamanya dibutuhkan mereka yang telah aktif donor darah, lantaran dianggap telah negatif Hepatitis B, Hepatitis C, sifilis, dan HIV setelah melalui skrining pada saat donor darah biasa. Paling dekat dari Kota Bekasi, layanan donor plasma dapat diakses di Unit Donor Darah (UDD) PMI pusat, PMI DKI Jakarta, PMI Kabupaten Bekasi, dan PMI Kabupaten Bogor.

Selain itu, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Chasbullah Abdulmadjid (CAM) Kota Bekasi juga belum menerapkan terapi plasma darah konvalesen bagi pasien Covid-19. “Kalau di RSUD CAM hingga saat ini belum ada yang meminta darah plasma konvalesen. Secara pribadi pun belum ada yang minta ke saya,”ujar Direktur Utama RSUD dr.Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi, Kusnanto Saidi ketika dihubungi Radar Bekasi, Senin (25/1).

Namun pihaknya tidak menampik jika permintaan itu kemungkinan dibutuhkan sejumlah pasien diluar RSUD Kota Bekasi. Sehingga kata dia penyintas Covid-19 bisa melakukan donor ke PMI. “Saya juga meyakini bahwa sudah ada tetapi tidak melalui pihak RSUD CAM. Mungkin dengan PMI atau pihak lainnya,” ujarnya.

Lanjut Kusnanto, hingga saat ini pasien Covid-19 yang menjalani perawatan di RSUD CAM mencapai 170 lebih pasien. Total sejak Maret 2020, 3.000 lebih pasien Covid-19 ditangani pihak RSUD. “Yang antre di UGD belum dihitung. Jadi saat ini kita sudah penuh ruangannya untuk menampung pasien covid-19. Saya harap masyarakat tertib pada 4 M (memakai masker menjaga jarak mencuci tangan dan menghindari kerumunan),”tegasnya.

Sementara itu, salah satu keluarga pasien Covid-19 yang membutuhkan donor PK, Sunarto (44) mengaku, dua hari mencari pendonor atau ketersediaan plasma di kantor PMI dan sembilan RS di Jakarta sebelum akhirnya mendapatkan plasma konvalesen dari kantor PMI. Sebelumnya, setelah berusaha mencari di kantor PMI dan RS, ia juga menyebarkan informasi melalui media sosial.

Untuk kakaknya yang kini berada di ruang ICU salah satu RS di Kota Bekasi, dibutuhkan pendonor dengan golongan darah A, pernah terkonfirmasi positif dan telah dinyatakan negatif maksimal 3 bulan, jenis kelamin laki-laki, bebas gejala setelah 14 hari dinyatakan sembuh, minimal berat badan 55 kg, usia 18-60 tahun, dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis. Sebelum akhirnya mendapatkan plasma yang dicari, ia sempat mencari hingga dini hari kemarin.

“Kemarin saya berusaha menyampaikan ke temen-temen ternyata ada informasi dari PMI pusat, pada saat tadi kamu kesana diinformasikan plasma sudah ada, sedang di proses,” katanya kepada Radar Bekasi, Senin (25/1).

Kebutuhan PK yang didapatkan telah diberikan kepada RS tempat sang kakak dirawat untuk segera dilakukan transfusi plasma. Ia bercerita, sang kakak telah tiga kali dilakukan swab dengan hasil negatif, tiba-tiba demam dan hasil swab diketahui positif.

Total sudah empat hari kakaknya menjalani perawatan di rumah sakit. Setelah hasil swab dipastikan positif, istri beserta anaknya langsung menjalani tes swab, saat ini masih menunggu hasil tes. Sunarto bersyukur telah mendapatkan plasma untuk sang kakak setelah melakukan usaha tidak ringan selama dua hari belakangan.”Kami juga tidak tahu itu yang donor siapa, tapi intinya ada satu orang yang melakukan komunikasi dengan internal PMI pusat, kemudian kami dibantu,” tambahnya.

Dari pengalamannya, Sunarto menilai kesediaan penyintas Covid-19 untuk mendonorkan PK ini sangat penting bagi pasien aktif, terutama bergejala berat. Ia mempercayai, dibalik status terkonfirmasi yang pernah dialami oleh seseorang, memiliki manfaat sangat berharga bagi orang lain.

Lurah Jatirahayu, Amirudin sebagai salah satu diantara puluhan pejabat lain yang pernah terkonfirmasi Covid-19 mengaku bersedia untuk mendonorkan plasmanya kepada keluarga, rekan kerja, maupun rekan sejawat lain yang membutuhkan Covid-19. Bahkan ia sempat diminta untuk mendonorkan plasmanya kepada salah satu rekan, sayang klasifikasi pendonor tidak cocok, hingga akhirnya pasien meninggal dunia.

Salah satu persyaratannya telah dinyatakan dengan hasil lab negatif maksimal tiga bulan, namun sepekan yang lalu ia telah lima bulan dinyatakan sembuh dengan hasil lab negatif.”Waktu itu saya dikasih informasi kalau yang dibutuhkan itu yang maksimal tiga bulan sembuh dari Cobid-19. Sedangkan saya sudah lima bulan lebih, karena tidak memenuhi persyaratan, kita nggak lanjutin,” paparnya.

Sebagai salah seorang yang pernah terkonfirmasi positif Covid-19 dan membutuhkan perawatan medis, ia tergerak untuk ikut membantu pasien lain yang membutuhkan PK dengan persyaratan yang sesuai.
“Makanya saya bisa merasakan karena saya pernah merasakan, saya berusaha untuk empati kepada pasien yang benar-benar membutuhkan,” tukasnya. (pay/Sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin