Berita Bekasi Nomor Satu

Guru dan Orangtua Tolak Frasa Agama Dihilangkan

guru
ILUSTRASI: Guru agama di salah satu sekolah di Kota Bekasi mengajar di kelas. Guru mata pelajaran agama dan orangtua siswa di satuan pendidikan Kota Bekasi menolak frasa agama dihilangkan dalam visi Pendidikan Indonesia 2035. FOTO: DOKUMEN
guru
ILUSTRASI: Guru agama di salah satu sekolah di Kota Bekasi mengajar di kelas. Guru mata pelajaran agama dan orangtua siswa di satuan pendidikan Kota Bekasi menolak frasa agama dihilangkan dalam visi Pendidikan Indonesia 2035. FOTO: DOKUMEN

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Guru mata pelajaran agama dan orangtua siswa di satuan pendidikan Kota Bekasi menolak frasa agama dihilangkan dalam visi Pendidikan Indonesia 2035. Hal itu menanggapi isu tidak adanya frasa agama dalam draf dokumen Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035 yang beredar di tengah masyarakat.

Guru mata pelajaran agama SMA Tulus Bhakti Kota Bekasi Engkar Inti Alamsyah berpendapat, hilangnya frasa agama dalam draf dokumen Peta alan Pendidikan 2020-2035 sangat bertentangan dengan tujuan pendidikan. Yaitu, meningkatkan keimanan, ketakwaan serta akhlak mulia.

“Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31. Dihilangkannya frasa agama dalam Peta Jalan Pendidikan tentu sangat bertentangan,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Kamis (11/3).

Menurutnya, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia merupakan sebuah landasan agama. Yang tentunya tidak dapat dihilangkan dalam sebuah peta pendidikan.

Jika frasa agama benar dihilangkan, kata dia, sangat berdampak pada pelajar sebagai generasi muda. Yaitu, berkurangnya nilai atau norma-norma keagamaan yang mencakup nilai hukum Islam (fiqih), terutama tauhid.

“Kalau nilai dan norma keagamaan mencakup kedua hal tersebut, maka tidak mustahil kedepannya akan muncul generasi yang tidak hablumminallah dan hablumminanaas. Ini akan semakin menjauh dari generasi kita,” tuturnya.

Dikatakannya, nilai karakter dapat diterapkan dalam ilmu agama. Penerapan nilai agama dengan tujuan mampu menyadarkan peserta didik akan eksistensi diri sebagai makhluk ciptaan Allah, akan mampu menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat.

“Nilai karakter yang bisa diterapkan melalui ilmu agama, secara tidak langsung urusan dunia dan akhirat dapat diseimbangkan. Makanya sangat penting sekali frasa agama tetap berada dalam peta pendidikan,” ucapnya.

Hal senada disampaikan guru mata pelajaran agama SDN Jatiasih X Kota Bekasi Damanhuri. Ia mengungkapkan, saat ini sudah banyak orangtua siswa yang menyatakan keberatan dengan ditiadakannya frasa agama dalam draf dokumen Peta Jalan Pendidikan.

“Banyak wali murid yang konfirmasi ke saya, yang menyatakan bahwa mereka keberatan jika frasa agama ditiadakan dalam Peta Jalan Pendidikan,” tuturnya.

Sebab, kata dia, saat ini banyak siswa yang hanya mendapatkan pendidikan agama di sekolah. Ia berujar, pendidikan agama yang didapat oleh siswa di sekolah pun dinilai masih kurang.

“Kenapa menolak karena banyak siswa yang hanya mendapatkan pendidikan agama di sekolah saja. Saat ini pendidikan agama yang masih diterapkan saja masih kurang, apalagi benar-benar ditiadakan,” katanya.

Jika frasa agama dihilangkan dalam Peta Jalan Pendidikan, tentu akan sangat berdampak negatif. Pasalnya, semu ajaran tentang agama melekat pada frasa agama. “Pastinya dampak buruk akan terjadi, jika benar frasa agama akan dihilangkan dalam peta pendidikan,” tegasnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kamendikbud) memberikan klarifikasi soal informasi tidak adanya pembahasan oal agama dan dan pancasila dalam Peta Jalan Pendidikan.

“Agama dan Pancasila tetap ada dalam peta jalan pendidikan. Bahkan dalam peta jalan tercantum tujuan membangun profil pelajar Pancasila sebagai SDM unggul. Di antara profil tersebut adalah pelajar yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia,” tutur Pelaksana tugas (Plt) Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kemendikbud Hendarman, sebagaimana diberitakan JPNN.com (Grup Radar Bekasi). (dew/jpnn)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin