Berita Bekasi Nomor Satu

Ditinggal Papi, Mendadak Yatim Bersama Adik Bayi yang Masih Merah

Elfath Rizqi Safar (kanan) bersama adik bayinya.
Elfath Rizqi Safar (kanan) bersama adik bayinya.

Jumlah nyawa yang terenggut Covid-19 terus bertambah. Angka-angka kematian itu membawa fenomena baru di kalangan masyarakat: munculnya para yatim baru. Sikap empati, kolaborasi dan nilai-nilai optimistis harus terus disuarakan di tengah masyarakat.

ZAENAL ARIPIN, BEKASI

Berdasarkan data Covid19.go.id per 8 Juli 2021, tercatat data meninggal di Indonesia mencapai 63.760 atau bertambah 852. Sedangkan kasus positif mencapai 2.417.788 atau bertambah 38.391 kasus dan data kesembuhan tercatat 1.994.573 atau bertambah 21.185 kesembuhan. Data ini menunjukkan angka konfirmasi positif Covid-19 harian tertinggi di Indonesia sepanjang Pandemi Covid-19 di Indonesia.

Sedangkan data kematian tertinggi sepanjang pandemi Covid-19 di Indonesia terjadi pada 7 Juli 2021. Rinciannya, kematian bertambah 1.040 dari total kasus 62.908. kasus positif bertambah 34.379 dari total positif 2.379.397. Sedangkan angka kesembuhan bertambah 14.835 dari total 1.973.388.

Dibandingkan data global yang bersumber WHO per 8 Juli 2021 berikut ini datanya. Dari 223 negara yang melaporkan kasus Covid-19, terkonfirmasi sebanyak 184.820.132 dan meninggal dunia sebanyak 4.002.209.

Di Kabupaten Bekasi, data dari pikokabsi.bekasikab.go.id, situs resmi Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bekasi mencatat, per Jumat 9 Juli 2021 tercatat kasus positif bertambah 374 dari total 34896. Kesembuhan bertambah 427 dari total 32687. Angka kematian bertambah 3 dari total 341. Mereka yang dirawat di rumah sakit berkurang 19 dari 415 pasien. Isolasi mandiri berkurang 37 dari total 1453.

Saat tulisan ini dibuat 9 Juli 2021, data live update dari worldometers.info, tercatat 186.363.961 kasus terkonfirmasi dari 222 negara yang melaporkan kasus Covid-19 di negara mereka. Sebanyak 4.026.978 dilaporkan sebagai angka kematian. Dan 170.499.815 sebagai kasus yang dinyatakan sembuh.

Begitu banyaknya angka kematian yang diakibatkan Covid-19 akhir-akhir ini, turut mencemaskan Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh. Mantan Mendikbud era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini memperkirakan, ada sekitar 49 ribu sampai 50 ribu anak-anak yang menjadi yatim baru akibat kematian orangtua mereka yang disebabkan Covid-19 itu.

Angka 50 ribu yatim baru tersebut, menurut mantan rektor ITS Surabaya ini, harus turut mendapat perhatian banyak kalangan. Sebab, dimana yang meninggal karena Covid-19 itu menjadi tulang punggung keluarga, maka ketahanan keluarga itu pun ambruk.

”Begitu tulang punggung keluarga itu kena Covid-19 dan meninggal, keluarga tersebut langsung kehilangan pekerjaan atau pendapatannya,” imbuh Mohammad Nuh, Kamis (8/7/2021) dalam Webinar Pembekalan Peserta FJPP.

Karena itu, sambung Nuh, nilai-nilai optimistis, empati, dan kolaborasi harus terus disuarakan ke tengah-tengah masyarakat agar perang melawan pandemi Covid-19 ini segera berakhir. ”Kita harus berkolaborasi. Ambil peranan masing-masing menghadapi Covid-19. Kepada mereka yang terpapar, tidak cukup lagi hanya rasa simpati diberikan. Empati sangat dibutuhkan. Bantu langsung mereka, berikan vitamin, obat-obatan, kalau dibutuhkan oksigen, berikan oiksigen,” paparnya.

Salah satu yang mendadak menjadi yatim baru adalah, Elfath Rizqi Safar (6) dan Zaydan (26 hari), dua bersaudara dari pasangan suami istri Ardi Rahman Hakim dan Uun Uswatun Hasanah. Keluarga ini harus kehilangan tulang punggung mereka, Ardi Rahman Hakim (35) yang meninggal karena Covid-19 pada Selasa (6/7/2021).

Ardi Rahman Hakim

Sang istri, Uun Uswatun Hasanah pun tak kuasa menahan kesedihannya mengetahui suaminya akhirnya tutup usia di ruang ICU RS Amanda, Serang, Selasa siang pukul 13.00. Dia berteriak histeris dan menjerit-jerit mengetahui pria yang mendampingi hidupnya selama tujuh tahun itu meninggalkan dirinya, putra pertamanya, dan putra keduanya yang masih bayi merah.

”Papiiii, kenapa kamu meninggalkan aku duluan. Gimana nasib anak-anak-anak kita, pih. Aa el, dan si Dede. Papiiiiihh…” teriaknya dengan derai air mata yang deras dari kedua matanya.

Maut menjemput Andi, biasa dipanggil begitu sehari-hari, hanya berselang 12 jam setelah pria asal Kebon Kopi, Desa Karangasih, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi itu dipasang ventilator pada Selasa dinihari sekira pukul 00.30. Hanya lima hari pria yang bekerja sebagai surveyor di perusahaan pembiayaan otomotif itu bertahan setelah tujuh hari sebelumnya menjalani isolasi mandiri di kediamannya. Total perjuangannya melawan virus ganas Covid-19 itu selama 12 hari.

Saturasi oksigennya yang terus menurun, yaitu 86 mendorong keluarga akhirnya membawanya merujuk ke rumah sakit pada 1 Juli 2021. Saturasinya sempat naik menjadi 90 saat mendapat oksigen di rumah sakit. Namun, itu tidak bertahan lama. Dan terus menerus turun hingga tim dokter memutuskan untuk dirawat di ruang ICU dan dipasang ventilator. Sejumlah obat antivirus pun, sudah sempat diberikan. Namun Tuhan ternyata lebih sayang dan memanggilnya pulang. (*)

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin