Berita Bekasi Nomor Satu

Daryanto Pejuang Masyarakat Penyandang Disabilitas, Lawan Bully dengan Prestasi

Daryanto (kanan)

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kiprah Daryanto sebagai pejuang hak para di Kota Bekasi telah teruji. Dua periode sudah ia menahkodai Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI). Bersama para anggota PPDI lainnya, Daryanto bahu membahu membangun kesetaraan kehidupan bagi warga disabilitas Kota Patriot.

Daryanto masih ingat betul bagaimana virus polio membuat kakinya lumpuh layu. Pada sebuah malam di tahun 1972, Daryanto yang baru menginjak usia enam tahun mendadak terserang demam tinggi. Hal ini tentu saja membuat kedua orang tuanya kelimpungan. Maklum, keberadaan dokter maupun fasilitas kesehatan di Kabupaten Grobogan kala itu teramat langka.

Mendatangi mantri adalah jalan keluar terbaik yang mesti diambil sang orang tua agar Daryanto dapat sembuh. Namun ikhtiar itu tak membuahkan hasil. Tak patah arang, Daryanto pun dibawa ke ahli spiritual. Beberapa hari berselang, demam Daryanto mulai mereda. Namun tetap saja pria kelahiran 14 Februari 1966 tersebut merasakan sesuatu yang ganjil pada tubuhnya.

Ya, ia merasakan kaki kanannya ‘mati rasa’. Daryanto kerap kehilangan keseimbangan saat melangkah lantaran kaki kanannya tak mampu menopang berat tubuhnya. Ia baru bisa berjalan pada usia 7 tahun namun tak lagi sempurna seperti anak-anak pada umumnya. Daryanto membutuhkan topangan tangan kanan untuk memegangi kaki kanannya di setiap langkahnya.

“Polio yang menyerang saya termasuk parah. Jadi kaki saya sudah tidak bisa digerakkan, apalagi menopang tubuh,” jelas Daryanto kepada Radar Bekasi, kemarin.

Sejak saat itu, virus polio telah mengubah hidup Daryanto. Keterbatasan yang ia miliki membuatnya terlihat beda dengan anak-anak seumurannya. Ia pun mesti rela menjadi bahan bully-an teman-teman sekolahnya.

“Cara jalan saya selalu diikuti (ditiru). Itulah cara mereka mengejek saya. Bedanya saya berani melawan mereka,” ungkapnya.

Kondisi cacat pada kaki menyulutkan motivasi dalam diri Daryanto. Ia mencoba memahami keterbatasannya sekaligus mendalami potensi yang dimiliki. “Saya memang tak bisa berjalan dengan baik. Tapi saya mampu belajar dengan baik seperti anak-anak lainnya,” tuturnya.

Daryanto memang tak mungkin ikut lomba lari, tapi jangan sesekali menantang kecerdasannya. Sedari SD hingga SMA, Daryanto mampu menjadi bintang kelas. Kepintarannya itu membuahkan sejumlah hal manis, salah satunya, Ia terbebas dari biaya sekolah.

“Fisik saya memang tidak bisa diandalkan, tapi tidak dengan otak saya. Saya harus nomor satu dan nggak mau kalah dalam hal akademis, dan saya nggak boleh nyerah,” tambahnya.

Usai masa sekolah di Grobogan, tibalah Daryanto pada kompetisi yang sesungguhnya. Dunia kerja. Namun lagi-lagi Daryanto mampu mengalahkan kekhawatiran dalam dirinya. Ia dengan mudah diterima kerja sebagai tenaga accounting di salah satu perusahaan besar di Bekasi. Selama 15 tahun berkarir, Daryanto pun memilih berhenti bekerja. Ia kembali menantang nasibnya dan lagi-lagi ia mampu menjadi pemenang. Kini ia bekerja di perusahaan swasta yang bergerak di bidang travel dan kargo sebagai manager operasional.

Capaiannya itu membuat Daryanto mulai memikirkan kehidupan masyarakat disabilitas lainnya. Apakah mereka juga bernasib sama baiknya? Atau justru terpuruk karena kondisi dan lingkungannya. Dari situ, Daryanto mulai membangun solidaritas antar sesama penyandang disabilitas. Pada 2012 ia pun masuk Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Bekasi.

Empat tahun berselang, lewat Musyawarah Cabang (Muscab) PPDI Kota Bekasi 2016, Daryanto terpilih menjadi ketua. Pada periode pertama kepemimpinannya, sejumlah kegiatan telah ia gulirkan. Mulai dari Bakti Sosial (Baksos), Bantuan Sosial (Bansos) berupa obat-obatan hingga masker, budidaya sayur mayur dengan teknik hidroponik, hingga pelatihan kerja.

Dalam pelaksanaan program kegiatannya itu, Daryanto berhasil menggaet pemerintah daerah dan lembaga swasta. Hasilnya, sejumlah penyandang disabilitas saat ini telah mampu hidup mandiri dalam segi ekonomi. Beberapa dari mereka pun telah berwirausaha di beberapa bidang usaha. Ada pula yang telah diterima bekerja di berbagai instansi pemerintah dan swasta.

“Sampai sekarang ada yang menekuni (otomotif), sekarang bisa bikin motor roda tiga juga,” ungkapannya.

Ke depan Ia berharap, dukungan lebih dari Pemerintah Kota Bekasi dari beragam hal. Mulai dari kebijakan hingga anggaran. Selebihnya, Daryanto yakin bahwa dengan terbukanya peluang dan bantuan pendampingan yang intens maka sekitar 2 ribu masyarakat disabilitas di Kota Bekasi mampu hidup mandiri.

“Saya berharap pemerintah memberikan support yang lebih untuk kami sehingga kami pun dapat hidup mandiri seperti warga pada umumnya,” tutupnya. (sur)

 

BIODATA

Daryanto

Lahir: Grobogan, 14 Februari 1966

Pendidikan:

– SDN 03 Gubug Kab. Grobogan (tahun 19745 – 1981)

– SMP Muhammadiyah Gubug Kab. Grobogan (Tahun 1981 – 1984)

– SMEA Bina Negara Gubug Kab. Grobogan (1984 – 1987)

– Pendidikan Tinggi (2007 – 2010)

Organisasi:

  • OSIS
  • DKM
  • RT
  • PPDI Kota Bekasi

Karier:

Karyawan swasta

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin