Berita Bekasi Nomor Satu

Program Literasi Harus Lebih Konkret

ILUSTRASI: Sejumlah siswa SMPN 17 Kota Bekasi saat melaksanakan kegiatan literasi 15 menit sebelum belajar, beberapa waktu lalu. DEWI WARDAH/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Program literasi harus dijalankan secara lebih konkret. Selain membaca, siswa diharapkan dapat mengambil pelajaran yang mendalam dari bahan bacaan mereka.

Guru Inspirator Literasi Nasional, Arief Purnama, menyampaikan pascapandemi perkembangan literasi sudah cukup membaik. Hal itu tidak terlepas dari berbagai cara yang dilakukan dalam upaya peningkatan literasi.

“Perkembangan literasi saat ini cukup membaik, dimana dari hasil literasinya sendiri harus ada peningkatan kompetensi dan karakter pada siswa,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Minggu (1/10/2023).

Arief menekankan pentingnya menjalankan program literasi secara konkret. Siswa tidak hanya diminta untuk membaca, tetapi juga diharapkan dapat mengambil pelajaran yang mendalam dari bahan bacaan mereka.

“Program literasi harus lebih konkret. Tidak hanya sekedar membaca, siswa harus bisa mengambil pelajaran dan pesan moral dari apa yang mereka baca,” tuturnya.

Guru juga diminta untuk menyadari bahwa literasi tidak berhenti pada tahap membaca. Tindak lanjut perlu menjadi bagian integral dari proses literasi.

“Guru harus paham bahwa literasi bukan hanya sekedar membaca saja, akan tetapi ada hasil yang dapat dipelajari dan dipraktekkan dalam kegiatan sehari-hari,” ucapnya.

Arief berujar bahwa literasi tidak hanya dapat diperoleh dari buku, Melainkan juga melalui sumber-sumber digital serta kegiatan mendengarkan.

“Kegiatan literasi bukan sekedar membaca buku, bisa juga dari sumber lain seperti literasi digital, mendengar nasihat baik pun bisa dijadikan sumber literasi untuk siswa,” tuturnya.

Dalam konteks pembelajaran, Arief merekomendasikan pendekatan dengan memberikan pertanyaan pemantik yang dapat merangsang siswa untuk mencari jawaban dan mengeksplorasi lebih dalam.

BACA JUGA: Mahasiswa Bantu Tingkatkan Literasi Siswa

“Guru dalam pembelajaran di kelas harus sering memberikan pertanyaan pemantik yang dapat mendorong siswa mencari tahu tentang apa yang ditanyakan guru tadi,” terangnya.

Meskipun progres literasi siswa telah mencapai tingkat yang memuaskan, Arief memperingatkan bahwa untuk mempertahankan pencapaian tersebut, diperlukan kesadaran yang lebih tinggi, baik dari siswa maupun guru.

“Biasanya mempertahankan lebih membutuhkan perhatian daripada meraihnya,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komunitas Pendidik Penulis Bekasi Raya (KPPBR), Lili Priyani, berbagi pandangannya bahwa peningkatan literasi harus didasari oleh optimisme. Menurutnya, peluang masih terbuka lebar untuk bersama-sama meningkatkan literasi, baik melalui media digital maupun buku.

“Utamanya kita harus optimis, masih terbuka peluang bagi kita bersama-sama untuk terus meningkatkan literasi baik itu secara digital atau melalui buku. Sehingga tingkat ketercapaian literasi siswa yang lebih baik bisa didongkrak,” terangnya.

Menanggapi transformasi digital, Lili menyoroti peluang dan tantangan bagi dunia pendidikan. Dia menekankan literasi dapat didorong melalui bacaan digital dan guru harus beradaptasi dengan perkembangan zaman.

“Guru-guru sepatutnya mengubah mindset nya untuk mengikuti tuntutan perkembangan zaman. Misalnya, dengan memperkenalkan aplikasi digital untuk kegiatan membaca (ebook), karena literasi sendiri merupakan kodrat anak-anak dalam berkembang mencari ilmu dan pengetahuan yang baru,” pungkasnya. (dew)

 

 

 

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin