Berita Bekasi Nomor Satu

Puasa Sarana Menahan Berita Hoaks

Oleh : Ahmad Fauzi Ketua IPNU Kota Bekasi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Puasa berasal dari bahasa sanskerta yaitu upawasa yang bermakna “ritual untuk masuk ke yang ilahi”. Kemudian istilah upawasa Istilah ini dalam bahasa Sanskerta pada akhirnya diadaptasi oleh istilah lokal (Jawa) yakni pasa yang kemudian berkembang menjadi puasa.

Kata pasa sendiri memiliki arti “menahan sesuatu dari” . Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) puasa bermakna meniadakan makan minum dan sebagainya dengan sengaja

Sedangkan dalam bahasa arab puasa menurut Quraish Shihab dalam tafsir Al Misbah di artikan dengan kata Shaum dan Shiyam yang juga bermakna menahan, walaupun ada perbedan secara istilah antara penggunaan dua kata tersebut. Ibadah puasa adalah upaya untuk melatih diri agar senantiasa mampu mengendalikan hawa nafsu, emosi dan syahwat serta sesuatu yang dilarang oleh Allah . Tentunya pengendalian diri terhadap sesuatu yang dilarang oleh Allah tidak hanya bisa dilakukan ketika sedang berpuasa saja, namun apa yang telah di lakukan dalam puasa bisa dijadikan sebagai gaya hidup umat islam itu sendiri di waktu tidak berpuasa sekalipun Dalam syariat umat Islam diwajibkan untuk berpuasa ketika bulan ramadan.

“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”QS Al- Baqarah 2:183.

“Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan).” (HR. Ahmad).

Namun puasa yang dilakukan selama satu bulan penuh seringkali tidak dijadikan sebagai saranameningkatkan ketaqwaan dengan baik oleh masyarakat , puasa hanya rutinitas menunda dan menggeser jadwal makan dan minum saja. Padahal pada bulan inilah seharusnya kita bisa belajar menahan diri dari apapun tidak hanya dari makanan dan minuman.

Puasa seharusnya juga mampu untuk meredam peredaran berita hoaks yang ada, karena dalam islam sendiri melarang menyebarkan kabar yang datang dari orang fasiq serta kabar yang asal usul nya tidak jelas bahkan dalam Al Quran Allah menegur dengan keras orang yang memproduksi berita hoaks dan menyebarkan nya.

“Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.”(Q.S 24:15).

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S.49:6).

Dua ayat diatas menggambarkan bahwa tindakan membuat produksi berita hoaks dan menyebarkan nya merupakan perbuatan yang tercela, banyak diantara kita yang terkadang mendapatkan kabar dari sosial media padahal isi berita tersebut tidak kita ketahui dari mana asal usul dan sumbernya dan kita turut terlibat menyebarkan berita tersebut. Bila kita kaitkan dengan hakikat puasa yang bermakna menahan diri dari perilaku yang dilarang oleh Allah dan Nabi seharusnya kita mampu juga menahan diri untuk tidak terlibat untuk menyebarkan berita hoaks apalagi sampai membuatnya kita tidak boleh menganggap berita hoax merupakan sesuatu yang sepele. Berita hoaks ini bahkan bila terus terusan dianggap sesuatu yang tidak penting dan sepele bisa mengancam kesatuan dan persatuan dalam bernegara maupun dalam beragama. Banyak kejadian peperangan di awali dengan berita hoax yang di percayai oleh masyarakat contohnya saja pada Awal September 1939, Adolf Hitler mengabarkan kepada parlemen Jerman bahwa militer Polandia telah “menembaki tentara Jerman pada pukul 05.45.” Ia lalu bersumpah akan membalas dendam. Kebohongan yang memicu Perang Dunia II itu terungkap setelah ketahuan tentara Jerman sendiri yang membunuh pasukan perbatasan Polandia. Karena sejak 1938 Jerman sudah mempersiapkan pendudukan terhadap Polandia.

Kemudian beberapa hari lalu kita dikejutkan berita tentang penangkapan babi ngepet di kota Depok oleh seorang ustaz di kota tersebut, secara rinci dia menjelaskan prosses penangkapan babi tersebut mulai dari penangkapan oleh 7 orang dengan tanpa busana tengah malam agar babi tersebut tidak kabur dan bahkan sampai ada seorang ibu yang tega menuduh tetangganya lah pelaku babi ngepet tersebut karena dia curiga terhadap tetangga nya yang memiliki harta banyak namun tidak bekerja. Namun ditengah riuh kabar tentang babi ngepet kepolisian menaruh curiga terhadap kebenaran yang mencedarai akal pikiran manusia, benar saja setelah babi di eksekusi dan dikuburkan dengan alasan babi semakin mengecil dan takut nantinya menghilang, polisi berhasil membongkar bahwa semuanya adalah hanya sandiwara dari si ustad agar dia menjadi terkenal dan memiliki banyak pengikut karena telah mampu menangkap babi ngepet akhirnya kepolisian menangkap pelaku dan menjebloskan ke dalam penjara Dari peristiwa ini kita bisa ambil pelajaran bahwa kita seharusnya mampu memilah kabar yang bahkan secara akal sehat tidak bisa diterima. Dampak dari tidak bisa menahan diri dari kabar hoaks tersebut menyebabkan warga yang di tuduh babi ngepet oleh si ibu menjadi tidak terima dan menuntut agar ia pergi dari kampung .

Ditengah banjirnya dan derasnya informasi yang beredar di masyarakat menyebabkan masyarakat menjadi bingung bahkan di era postmodern ini bahkan kebohongan dan hoaks berklamufase dengan nama “Fakta Alternatif” , dan kebenaran tidak lagi menjadi sesuatu yang terang benderang. Ditengah kebingungan ini kita harus eling dan senantiasa mengecek kembali setiap berita atau kabar yang ingin kita bagikan. Salah satu upaya untuk mengatasi ini berdasarkan riset dari Kominfo adalah dengan meningkatkan literasi seseorang yang memiliki kemampuan literasi tinggi sangat kecil kemungkinan nya untuk terpapar dari berita hoaks, karena ia terbiasa membandingkan dan mengkomparasi terlebih dahulu apa yang dia terima sehingga memiliki filtrasi untuk menyerap informasi.

Sedikit banyak kita mulai pada ramadan kali ini puasa harus dijadikan tidak hanya untuk menahan haus dan lapar namun harus mulai kita latih untuk menahan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah salah satunya adalah membuat dan menyebarkan berita hoaks namun jika kita bingung untuk membedakan mana yang hoaks dan bukan maka lebih baik untuk menahan diri dari menyebarkan apa yang belum jelas , kemudian jika puasa ini kita tetap melakukan perilaku membuat dan menyebarkan berita hoaks mengutip perkataan Tan Malaka “Berapapun cepatnya kebohongan , namun kebenaran akan mengejarnya juga”.setiap perbuatan yang kita lakukan pasti akan dimintai pertanggung jawaban nya kelak baik di dunia maupun di akhirat.


Solverwp- WordPress Theme and Plugin