Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Kapal Dihantam Badai, Atraksi Ribuan Kalong Keluar Sarang Terlewat

MIFTAH/RADAR BEKASI DISKUSI : Rombongan Tim Gerakan Anak Negeri (GAN) saat diskusi diatas kapal Pinisi Sipakatau usai sholat ashar. Pagar bagian bawah kapal hancur.

RADARBEKASI.ID, – Setelah sukses melakukan perjalanan darat Jawa – Bali sejauh sekitar 5.000 Kilometer, tim Gerakan Anak Negeri (GAN) Radar Bogor Group Kembali melakukan ekspedisi ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tak mudah melintasi laut yang menghubungkan sejumlah pulau di kabupaten Manggarai Barat NTT tersebut.

Laporan : Miftah
Nusa Tenggara Timur

Tepat pukul 06.10 WIB Jumat (14/1) kemarin, tim Gerakan Anak Negeri (GAN) bertolak dari Graha Pena Radar Bogor menuju Bandara Soekarno Hatta Cengkareng. Menggunakan bis, rombongan terdiri dari Pimpinan Redaksi (Pemred), Redaktur Pelaksana (Redpel) dan general manager (GM) Radar Bogor, Radar Bandung, Radar Bekasi, Radar Depok, Radar Sukabumi, Radar Cianjur, Harian Metropolitan, PojokSatu.id dan erbege.com (Radar Bogor Grup).

Setelah sekitar 2 jam 40 menit melintasi kepadatan Ibu Kota Jakarta, rombongan sampai ke Bandara Soekarno Hatta. Tim GAN langsung disambut oleh pemandu yang akan mengawal rombongan selama di Labuan Bajo untuk mengeksplor keindahan destinasi wisata di wilayah berjuluk Kota Seribu Sunset tersebut.

Pukul 11.15 WIB, pesawat yang membawa rombongan lepas landas menuju bandara Internasional Komodo. Saat pesawat akan mendarat, rombongan dimanjakan dengan pemandangan puluhan bukit dan gugusan pulau. Laut biru yang membentang luas, menambah kesempurnaan pemandangan Indonesia timur dari udara. Tepat 2 jam 30 menit perjalanan udara, rombongan sampai sesuai waktu yang direncanakan.

Keluar bandara, rombongan langsung disambut oleh warga yang akan mengajak berwisata keliling Labuan Bajo. Tujuan hari pertama Tim GAN, akan mengekspor ke Pulau Kelor dan mengamati ribuan kelelawar di pulau Kalong. Ya, Tim GAN tidak hanya sekedar menikmati keindahan Labuan Bajo, namun bertugas membuat konten kreatif yang inspiratif dalam bentuk tulisan, video maupun gambar.

“Kami ingin mengeksplorasi Labuan Bajo yang memiliki destinasi wisata premium di Indonesia. Selain itu juga kami ingin mendukung pemerintah dalam memajukan ekonomi kreatif,”kata Pencetus Gerakan Anak Negeri, Hazairin Sitepu.

Pria yang juga CEO Radar Bogor Group ini mengatakan, sejak 2021 telah ditetapkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai Tahun Internasional Ekonomi Kreatif melalui Resolusi Umum PBB No. 74/198. Paling membanggakan, Indonesia memprakarsai resolusi PBB mengenai kemajuan ekonomi kreatif dunia tersebut.

Rombongan menggunakan bus pariwisata yang sudah disiapkan pemandu menuju Pelabuhan Labuan Bajo. “Selamat datang di Labuan Bajo,”kata Nana Vicky, pemandu wisata yang mendampingi rombongan GAN.

Selama perjalanan menuju Pelabuhan, pria berambut gondrong tersebut menjelaskan sekilas asal muasal Labuan Bajo, mata pencaharian penduduk lokal setempat hingga potensi wisata,”Ya sejak enam tahun terakhir pariwisata disini mulai meningkat. Namun kemarin sempat kosong karena pandemic, namun saat ini sudah mulai membaik lagi,”katanya.

Rombongan turun sejenak di Puncak Waringin, untuk sekedar mengabadikan momen dan menikmati pemandangan Teluk Labuan Bajo dari atas bukit. Di tempat tersebut, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara, Iriana Jokowi pernah menikmati pesona Labuan Bajo pada 14 Oktober 2021 lalu. Ya. puncak Waringin menjadi salah satu lokasi terbaik menikmati keindahan wisata bahari Labuan Bajo, terutama saat senja. Sehingga tidak heran jika Labuan Bajo mendapatkan julukan kota seribu Sunset.

10 menit perjalanan, rombongan tiba di dermaga. Vicky mengingatkan kepada rombongan untuk mempersiapkan kebutuhan pribadi selama berada di kapal,”Karena kita dua malam akan berada di atas kapal,”tegasnya.

Rombongan langsung diarahkan menuju kapal Pinisi. Untuk menuju kapal, rombongan harus menaiki sekoci. Kapal Phinisi tidak di disandarkan di dermaga, karena ukurannya yang besar, kapal seharga sekitar Rp1,8 miliar ini berlabuh sekitar 800 meter dari dermaga. Sipakatau, nama kapal Pinisi yang akan membawa rombongan menjelajahi sejumlah pulau di Labuan Bajo.

Kapal Pinisi merupakan kapal asli khas Indonesia, tepatnya berasal dari daerah Sulawesi. Saat ini di Labuan Bajo banyak operator kapal yang bersaing menawarkan fasilitas lebih di kapal phinisi. Kapal phinisi yang tersedia di Labuan Bajo hadir dengan berbagai pilihan. Hal yang membedakan satu dengan lainnya adalah fasilitas dan ukuran kapal.

Kapal tersebut terbuat dari kayu, terdiri dari dua lantai mempunyai 5 kamar. Dua di lantai satu, dua kamar di lantai dua dan satu kamar di lantai dasar. Untuk masing -masing kamar di lantai satu terdiri dua kamar tidur dengan kapasitas empat penumpang tapi jika dipaksakan bisa muat untuk enam orang.

Sementara di lantai dua terdapat delapan tempat tidur, sedangkan di lantai dasar ada dua tempat tidur. Setiap kamar dilengkapi dengan AC dan kamar mandi. Semua kamar memiliki jendela dengan pemandangan langsung ke laut.

Lampu kamar menyala 24 jam. Di dalam kamar ada 2 colokan listrik, masing-masing ada 2 terminal.

Lantai dasar ada haluan, satu kamar tidur, kamar mandi, ruang mesin. Sedangkan di lantai atas, ruang kemudi, ruang makan di buritan. Di belakang kapal ada tangga langsung dari dapur menuju ruang makan. Di bagian belakang dan di atas kapal, ada reservoir air tawar kapasitas 1000 liter.

Perlahan kapal dengan panjang 23,31 meter, lebar 4,87 meter dan kedalaman 1,70 meter tersebut meninggalkan Pelabuhan, menuju pulau kelor. Cuaca terlihat cerah sore itu. Tidak hanya Kapal Sipakatau yang membawa rombongan tim GAN, namun terlihat sejumlah kapal lainnya yang membawa wisatawan menuju sejumlah destinasi wisata di Labuan Bajo.

Sekitar satu jam berlayar meninggalkan Pelabuhan, cuaca mulai berubah. Angin bertiup kencang disertai rintik hujan. Sementara awan hitam menggelayut di atas pulau Kalong,”Sepertinya akan hujan deras,”kata Ardian, salah seorang kru kapal.

Dugaan tersebut benar, ombak semakin besar seiring kencangnya angin barat yang berhembus. Kapal yang ditumpangi rombongan menurunkan jangkar disekitar Pulau Kalong. Karena rencana awal, tim akan menyaksikan ribuan kelelawar alias Kalong keluar dari sarang dan menikmati matahari terbenam. Namun rencana tersebut gagal, awan hitam menutupi matahari sore. Hujan deras turun. Cuaca gelap.

Ada enam kapal Pinisi di sekitar kapal yang ditumpangi rombongan. Angin yang bertiup kencang, mampu menggeser kapal yang sudah stay –meskipun sudah dipasang jangkar di depan Pulau Kalong.

Seketika, Brakkkk..sisi kanan kapal menghantam buritan kapal wisata lainnya yang berada di sebelah timur. Sempat terjadi saling teriak menghindari tabrakan.

Meskipun sejumlah kru dan penumpang mencoba menghalau dengan mendorong, namun beratnya kapal tak bisa ditahan.”Lepas saja, jangan ditahan,”teriak salah seorang kru.

Kejadian ini cukup mengagetkan. Pasalnya, berlangsung cepat dan saat itu, sebagian rombongan baru saja usai salat asar berjamaah di lantai dua dilanjutkan diskusi soal salat dalam kondisi darurat di atas kapal.

Kebetulan sisi kapal yg bagian kayu penyangganya hancur, di situlah GM Radar Bekasi Andi Ahmadi bersandar sambil mendengarkan diskusi dengan CEO Radar Bogor Grup, Hazairin Sitepu .

“Begitu cepat kapal ini mendekat ke ujung buritan kapal lain, saya berdiri dan menjauh. Kalau saya terlambat, separo badan saya bisa tergencet, ” ujar Andi.

Akibat insiden tersebut dan cuaca tak bersahabat, rencana tim akan menyaksikan atraksi ribuan kalong keluar dari sarangpun akhirnya gagal. Tak hanya itu, menyaksikan indahnya matahari terbenam dari atas kapal juga sirna.

Kondisi kapal diterjang badai pun dialami saat malam kedua. Cuaca memang sudah tak bersahabat selama perjalanan rombongan GAN,”Ini perjalanan terakhir, bulan depan wisata disini akan ditutup karena cuacanya sedang kurang baik. biasanya bulan maret sampai Agustus cuacanya sangat bagus,”kata Asep, pemandu wisata yang mendampingi Tim GAN.

Sekitar pukul 21. 00 WITA, angin mulai berhembus kencang. Sebagian rombongan ada yang sudah terlelap tidur, sementara lainnya menikmati malam sambil ngobrol di anjungan kapal.

Malam terus berlanjut, kapal yang beroperasi sejak 2018 ini sudah menurunkan jangkar di Kawasan Sebayur sebelum melanjutkan perjalanan ke Pulau Kanawa.

Sejumlah kru mulai terlelap karena kelelahan, Namun angin yang bertiup kencang tak bisa menahan jangkar yang tersangkut di dasar laut.

Sekitar pukul 23.00 WITA, kapal pun bergeser, keluar dari jalur, kandas dan miring ke kanan.

Menyadari kondisi tersebut, terdengar salah seorang kru membangunkan kru lainnya. Mereka langsung sigap melakukan sesuatu agar kapal tidak karam.

Dengan menggunakan sekoci, kru mendorong kapal agar ke posisi semula. Upaya tersebut berhasil, kapal pun bisa berlayar Kembali.

“Kalau sampai lima menit kita telat saja, kapal ini pasti sudah karam, kita semua akan tenggelam. Alhamdulillah kita masih bisa selamat,”kata Salah seorang Kru, Andri Fansyah (28) kepada Radar Bekasi.

Kapal pun terus melanjutkan perjalanan dengan melawan arus membawa rombongan GAN mengeksplor wisata Labuan bajo dan sekitar pukul 03.30 WITA, kapal sudah berada di depan Pulau Kanawa.

“Iya, kita kabur semalam pa, kalau tidak, wah, bahaya karena badai dan kapal nyaris karam, ” ujar Alfian Kapten Kapal. (bersambung)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin