Berita Bekasi Nomor Satu
Caping  

Sembelihlah “Ismail”

Oleh: H.M Saifuddaulah
Ketua DPRD Kota Bekasi

SABTU 9 Juli 2022 waktu Arab Saudi. Sekitar satu juta jemaah haji tahun ini menunaikan inti ibadah haji. Wukuf di Arafah.

Umat Islam di Indonesia yang tidak menunaikan ibadah haji melaksanakan Salat Idul Adha pada Ahad 10 Juli 2022. Sebagian lainnya, yaitu jemaah Muhammadiyah melaksanakan Salat Idul Adha pada hari Sabtu.

Haji bukan sekedar rangkaian ibadah formal. Diawali niat ihram, mengelilingi (thawaf) Kakbah, berlari-lari kecil (sa`i) di bukit Safa-Marwah, berdiam diri (wukuf) di Padang Arafah, menginap (mabit) di Padang Masy`aril Haram Muzdalifah, melempari simbol berhala dengan jamaarat di Mina, dan diakhiri dengan mencukur beberapa helai rambut kepala (tahallul).

Sejatinya, setiap ibadah dalam Islam bukan sekedar ritus formal belaka. Bagi umat Islam, sejak mengucapkan kalimat syahadat, menegakkan salat lima waktu, mendirikan puasa di bulan Ramadan, mengeluarkan zakat hingga menunaikan haji, semuanya harus mengandung ibadah lahir dan batin.

Ibadah adalah segala bentuk kecintaan disertai ketundukan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Hanya karena Dia. Bukan karena selain-Nya. Orang barat sering menyebut ibadah dengan istilah ‘Religious Service’. Ibadah tanpa efek samping.

Ibadah haji merupakan ‘Teater Spiritual’-nya umat Islam. Pertunjukan evolusi manusia menuju Allah SWT. Demonstrasi simbolis dan penuh falsafah. Mulai Adam, proses ‘penciptaan’, ‘sejarah’, ‘keesaan’, ‘ideolog Islami’ dan transformasi kepada umat.

Sutradaranya Allah SWT. Pemeran utamanya jamaah haji itu sendiri. Peran antagonisnya setan. Alur ceritanya Adam, Ibrahim, Hajar. Lokasi pertunjukannya Masjidil Haram, Mas`a, Padang Arafah, Padang Masy`ar Muzdalifah dan Mina. Simbol-simbol ceritanya; Kakbah, Safa-Marwah, siang-malam, matahari terbit, matahari terbenam, berhala, kurban, kain ihram dan mencukur sebagian rambut kepala.

Tiap-tiap episode dalam rangkaian haji, sejatinya harus penuh perenungan mendalam. Hasilnya, akan membawa jamaah pada maqam berbeda-beda. Setidaknya kan ada empat dimensi yang dipetik; yaitu sufisme, filsafat, kebudayaan, dan Islam.

Semua perenungan itu harus diawali sejak niat. Sebelum berangkat ke tanah suci, ‘gugat’ dulu niatnya. Tidak cukup hanya niat. Tapi juga amat sangat baiknya bila juga ‘menggugat’  perangkat dan perilaku jiwa sebelum berhaji.

Bagi yang belum “dipanggil” Allah untuk berhaji, sembelihlah hewan kurban di tanah air. Jika belum mampu menyembelih hewan kurban, sembelihlah sifat hewan dalam diri masing-masing.

Hewan kurban adalah simbol penyembelihan atas apa yang dipertahankan atau disayangi manusia di dunia. Itulah inti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk “menyembelih” Nabi Ismail.

Sesungguhnya bukan sosok Ismail yang diminta Allah untuk disembelih oleh Ibrahim. Melainkan sifat ego, kepemilikan, kerakusan, ketamakan dan hawa nafsulah yang harus disembelih, dikurbankan.

“Ismail” zaman ini, bisa saja dalam bentuk harta, jabatan, pangkat, gelar dan ego itu sendiri. Maka sembelihlah “Ismail” itu. Tundukkan hartamu, jabatanmu, pangkatmu, gelarmu dan egomu. Karena Allah tidak memerintahkan membunuh Ismail, karena semua yang ada di dunia ini adalah milik-Nya.

Jangan merendahkan dan menghinakan orang lain dengan ego, jabatan, gelar, harta, pangkat, karena di hadapan Allah semua kedudukannya sama, hanya Taqwa yang membedakan derajatnya.

Semoga kita mendapat anugerah kesalehan Nabi Ibrahim dan keikhlasan Nabi Ismail serta mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin. (*)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin