Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

11.765 Warga Bekasi Menderita TBC

ilustrasi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerintah tengah membongkar fenomena ‘gunung es’ pada kasus Tuberkulosis (TBC). Jumlah kasus di Indonesia tahun 2023 mencapai 800 ribu kasus. Sementara di Kota Bekasi, kasus TBC naik di angka 11 ribu kasus pada tahun 2023.

Sebanyak 11.765 kasus terdeteksi selama tahun 2023, belasan ribu kasus ini tengah menjalani pengobatan. Jumlah ini naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, total 10.343 kasus yang ditemukan dalam setahun.

Jumlah kasus didominasi oleh usia produktif.”Meningkat, tahun 2022 sebanyak 10.343 kasus, tahun 2023 sebanyak 11.765 kasus,” kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Vevie Herawati.

Meningkatnya temuan kasus baru tahun 2023 lalu akibat skrining yang masif dilakukan di tengah masyarakat. Mulai dari pemeriksaan hingga penelusuran pada kontak kasus.

Waktu pengobatan yang cukup panjang perlu diwaspadai, sehingga perlu dipastikan setiap orang yang menjalani pengobatan patuh mengkonsumsi obat hingga dinyatakan sembuh. Selama ini kata dia, Pemkot Bekasi telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, mulai dari keluarga terdekat pasien hingga organisasi profesi untuk mendeteksi dan memberikan pendampingan.

Sebagian besar Puskesmas di Kota Bekasi disebut telah memiliki inovasi dalam melakukan skrining hingga pendampingan kepada pasien. Hal ini dilakukan untuk membongkar fenomena ‘gunung es’ penyakit menular ini.

“Makanya kita skrining, mencari kasus TBC. Khawatirnya kasus yang ada itu bukan (kondisi) yang sesungguhnya, jadi seperti fenomena gunung es,” ungkapnya.

Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) di Kota Bekasi saat ini bisa dilakukan di 13 layanan kesehatan milik pemerintah, yakni di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan Puskesmas. Bagi kasus Resisten Obat (RO), Kota Bekasi memiliki RS rujukan TB RO, yakni RSUD Chasbullah Abdulmajid.

Vevi memastikan obat TBC di rumah sakit milik pemerintah bisa diakses oleh masyarakat secara gratis. Kecuali di RS milik swasta, masyarakat perlu membayar biaya jasa layanan medis.

BACA JUGA: Eka Hospital Luncurkan ALIVE, Klinik Layanan Alergi, Imunologi, Autoimun, dan Vaksin

“Jadi selama masih kemungkinan ditemukan, lebih baik ditemukan saja dulu, yang penting yang sudah ditemukan diobati, tidak menularkan lagi. Sehingga makin lama makin turun, mudah-mudahan tidak ditemukan lagi,” tambahnya.

Skrining yang telah dilakukan secara masif ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung eliminasi TBC pada tahun 2030 mendatang. Pada kegiatan High Level Meeting Tuberculosis 2022 lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan perlunya penemuan kasus baru hingga 60 ribu kasus per bulan.

Bukan sekedar menemukan kasus, diperlukan kesadaran masyarakat untuk mencegah penularan kasus. Hanya saja, tantangan yang harus dihadapi adalah merubah perilaku masyarakat.

Selain itu, dukungan keluarga dan orang-orang terdekat juga dibutuhkan untuk memberikan semangat serta menjaga kepatuhan pasien agar tetap patuh selama periode pengobatan.

“Untuk meminimalisir (penularan) bisa dilakukan dengan menggunakan masker. Tapi kembali lagi, perubahan perilaku itu amat sulit,” ungkap Kepala Dinkes Kota Bekasi, Tanti Rohilawati. (sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin