Berita Bekasi Nomor Satu

DBD Lampaui Seribu Kasus

Illustrasi Seorang warga melakukan fogging di salah satu lingkungan, di Desa Cibening, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, untuk mengantisipasi DBD.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Data angka kasus dan kematian akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bekasi hingga pekan pertama bulan September terdapat 1.053 kasus, empat diantaranya meninggal dunia.

Angka ini diklaim masih dibawah angka kasus dan kematian di tahun 2022, sebanyak 2.442 kasus dan 14 kematian.

“Kalau dilihat dari data (tahun) 2022 ke 2023 memang kita ada penurunan. Mudah-mudahan saja di sisa bulan ini, Oktober, November, Desember jangan sampai banyak peningkatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Tanti Rohilawati, Senin (11/9).

Meskipun demikian, ia meminta kepada jajaran masyarakat untuk disiplin menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), hingga menggalakkan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).

Beberapa langkah tersebut penting dilakukan untuk mencegah DBD. Menurutnya DBD sangat berkaitan dengan kondisi lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah, maupun luar rumah saat masyarakat beraktivitas.

Program Jumantik saat ini difokuskan di masing-masing rumah, dinilai lebih efektif. Sementara untuk memantau jentik di area lingkungan tempat tinggal, termasuk rumah kosong yang tak ditinggali oleh pemiliknya, dihimbau masyarakat dapat melakukan gotong royong.

“Jumantik masih (berjalan). Jadi kalau Jumantik kelompok sekarang sudah tidak ada, kita kepada Jumantik di masing-masing rumah karena itu dievaluasi lebih efektif, karena di rumahnya sendiri,” ucapnya.

Bulan September ini, ada 17 kasus DBD, dua diantaranya usia 1 sampai 4 tahun. Kasus DBD paling banyak berada di lingkungan Kecamatan Jatiasih dengan 162 kasus, Mustikajaya dengan 146 kasus, dan Bekasi Barat dengan 130 kasus.

Sementara kasus meninggal dunia masing-masing satu kasus di lingkungan Kecamatan Bekasi Selatan dan Mustikajaya, serta dua kasus di lingkungan Kecamatan Rawalumbu.

“Kita selalu sampaikan ke Puskesmas koordinasi, kalau sudah terjadi peningkatan DBD bukan foogingnya (langkah utama), tapi PSN sama gotong royong membersihkan di wilayah masing-masing,” tambahnya.

Sekedar diketahui, perubahan karakteristik DBD nampak lantaran nyamuk tidak hanya banyak dijumpai pada musim penghujan, tapi juga dijumpai pada musim kemarau. Kemenkes juga mencatat angka kasus dari 25 ribu per 100 ribu penduduk pada tahun 2012 naik menjadi 52 ribu per 100 ribu penduduk pada tahun 2022.

Angka kematian atau Case Fatality Rate juga naik dari 0,71 persen menjadi 0,86 persen di tahun 2022.

Melihat perubahan karakteristik, hingga terus meningkatnya angka kasus dan kematian, pemerintah saat ini juga tengah mengkaji vaksinasi DBD hingga inovasi Wolbachia.(sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin