Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Banyak Objek Wisata, Warga Bertani dan Mencari Ikan

Ekspedisi Gerakan Anak Negeri Gili Iyang (habis)

RADAR CIANJUR FOR RADAR BEKASI INDAH: Tim Ekspedisi Gerakan Anak Negeri saat mengunjungi objek wisata di Pulau Gili Iyang, Batu Canggah

RADARBEKASI.ID, BEKASI – SELAIN terkenal sebagai pulau kualitas oksigen terbaik dan pulau awet muda. Pulau Gili Iyang di Kepulauan Madura Jawa Timur pun terkenal dengan pulau yang memiliki panorama alam yang indah nan eksotis.

TIM Ekspedisi Gerakan Anak Negeri (GAN) mendatangi sejumlah spot yang menjadi pemantik para wisatawan berdatangan ke Gili Iyang. Selain titik oksigen yang ada di Pulau Gili Iyang. Sejumlah tempat yang tak kalah menarik pun ada di pulau yang banyak dihuni manusia berumur satu abad lebih ini.

Ada dua desa di pulau yang memiliki luas sekitar 9,15 km2 ini. Pertama Desa Bancamara dan kedua Desa Banraas Kecamatan Dungkek Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur.

Dari dua desa itu pun ada sejumlah objek wisata yang indah untuk dikunjungi. Objek wisata itu di antaranya Batu Canggah dengan sebutan warga setempat yaitu Batu Cangghe yang berada di bawah tebingan dipinggir pulau Gili Iyang.

Batu Cangga artinya batu yang menyangga tebing. Tempat ini merupakan obyek wisata yang berbentuk rongga mirip lorong, kemudian secara alamiah disangga batu layaknya pilar-pilar bangunan rumah.

Lokasi batu canggah sangat cocok untuk berswafoto bagi para wisatawan. Selain disuguhkan pemandangan hamparan lautan saat berswafoto di batu canggah, adanya bongkahan tebing yang menyerupai sejumlah hewan, seperti angsa dan singa, serta seperti adanya lukisan seseorang di tebing yang berada di lokasi batu canggah.

Selain itu, ada juga obyek wisata lainnya yaitu Pantai Ropet. Berada di lokasi ini, wisatawan bisa menikmati terumbu karang. Terlebih menikmati keindahan sunset. Sehingga wisatawan bisa mengabadikan momen indah sunset dengan berswafoto di pantai Ropet.

Tempat atau lokasi lainnya yang tak kalah menarik bagi wisatawan saat berkunjung yakni gua mahakarya, posil ikan paus.

“Selain batu canggah, pantai ropet, gua mahakarya dan posil ikan paus, di Gili Iyang juga terdapat spot pemancingan,” kata Sekertaris Desa Banraas, Fathor Rahman Rosid (58).

Populasi masyarakat di pulau Gili Iyang kurang lebih sekitar 9.000 jiwa. Di mana mata pencaharian masyarakat setempat yaitu bertani dan bernelayan.

“Jumlah warga di Desa Banraas kurang lebih sebanyak 4.000 ribuan, dengan jumlah KK sebanyak 3.000 KK tersebar di enam kedusunan dan 32 RT,” ujar Fathor.

Adapun jumlah lansia yang berusia satu abad di Desa Banraas lanjut Fathor, berjumlah ratusan orang.

Fathor menuturkan, selain bertani dan bernelayan mencari ikan ke laut, sejumlah warga di Kepulauan Gili Iyang pun ada yang merantau di berbagai wilayah. Mereka merantau rata-rata berusaha berjualan sembako. Mereka datang ke kampung halaman biasanya ketika menjelang Idil Fitri dan jika ada hajat pernikahan saudaranya.

“Dari hasil berjualan sembako itu, mereka membangun rumah di sini, makanya tak heran jika sejumlah rumah di sini terlihat bagus dan megah,” kata Fathor yang juga memiliki usaha sembako di Bali.

Sementara itu, salah satu warga yang juga sebagai petani di Pulau Gili Iyang, Raudah (70) mengatakan, warga di Gili Iyang kebanyakan bertani menanam jagung. Di mana jagung merupakan salah satu makanan pokok bagi warga Gili Iyang.

“Kebanyakan warga di sini dalam keseharian makan nasi jagung,” kata Raudah meskipun berbicara dengan terbata-bata.

Selain itu, penduduk di pulau Gili Iyang beragama Muslim. Ada delapan masjid di pulau yang terkenal dengan kebersihannya, karena jarang adanya nyamuk baik siang maupun malam hari.

Sedangkan jumlah sekolah dasar (SD) yang ada di pulau Gili Iyang berjumlah lima SD, madrasah ibtidaiyah (MI) ada empat, dan sekolah dasar islam (SDI) ada satu.

Setelah menjajaki sekeliling lingkungan di Pulau Gili Iyang. Tim Gerakan Anak Negeri pun melanjutkan perjalanan kembali ke Bogor Jawa Barat. Untuk perjalanan pulang tim GAN harus kembali menggunakan taksi laut. Taksi laut atau perahu yang digunakan tim GAN saat kembali ke Bogor bernama perahu pancasona berukuran lebih besar dibandingkan saat berangkat.

Namun dikarenakan air laut surut, ketika akan naik perahu tim GAN harus terlebih dahulu menyebrang menggunakan getek terbuat dari kayu dan gentong plastik.

Karena perahu yang ditumpangi berukuran besar. Hanya dengan waktu 30 menit tim GAN sampai di dermaga. Tim GAN pun melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda empat. Disepanjang perjalanan pulang kembali ke Bogor, tim singgah ke beberapa tempat wisata. Salah satunya ke dataran tinggi Dieng yang berada di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah.

Ada sejumlah tempat wisata yang dikunjungi, di antaranya Kawah Sikidang dan Candi Arjuna yang ada di Dieng Banjarnegara.(**)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin