Berita Bekasi Nomor Satu

Resensi Buku Pendidikan Yang Memerdekakan

Nama: Rahma Oryza Sativa P.M
NIM:132310169
Prodi: PGSD

Resensi Buku
Judul Buku: Pendidikan Yang Memerdekakan
Penulis: Francis Wahono
Penerbit: Yayasan cindelaras paritrana (Cinde
Books)
Tahun Terbit: Cetakan 1, April 2021
Jumlah Halaman: 518 Halaman + xx
Ukuran Buku: 15×21 cm
ISBN: 978-623-96142-0-1

RADABEKASI.ID, BEKASI – Kehadiran buku “Pendidikan Yang Memerdekakan” patut diapresiasi. Pena Francis Wahono merupakan salah satu dari sedikit teks berbahasa Indonesia yang membahas tentang pedagogi kritis, yang dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan pedagogi kritis atau pendidikan kritis.

Ada banyak cara untuk menjelaskan apa itu pendidikan kritis. Salah satunya yang sedikit banyak juga dijadikan sudut pandang dalam penulisan buku ini adalah pendidikan sebagai suatu proses pembentukan suatu mata pelajaran dalam konteks pembentukan sosial atau pembentukan sosial. Mengenai proses belajar mengajar terlihat jelas bahwa buku “Pendidikan Yang Memerdekakan” sangat cocok sebagai rujukan dan pedoman baik bagi guru maupun orang tua dalam memahami sejarah, detail isi, strategi bahkan metode pengajaran “gratis” dan proses pembelajaran peserta dan pelajar khususnya di Indonesia.

Banyak bidang yang dibahas dalam buku setebal 518 halaman ini. Penulis menyampaikan gagasan dari penggalian konsep-konsep pendidikan yang digagas oleh para tokoh pendidikan di Indonesia pada tahun 1870-an hingga tahun 1950-an, antara lain Ki Hadjar Dewantara, HS Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, Romo Frans van Lith, R.A Kartini, R.A. Dewi Sartika, Maria Walanda Maramis dan Hajah Rangkayo Rasuna Said yang masih mempunyai pengaruh kuat terhadap konsep pendidikan.

Mengenai konsep pendidikan ini, ada satu hal yang perlu diperhatikan sejak tahun 1950-an, yaitu dengan adanya konsep dan praktik “Sekolah Rakyat Pancasila”. Konsep ini kembali diperbarui oleh SD Eksperimental Kanisius Mangunan yang dikelola oleh Romo Y.B. Manguwijaya serta Sri Wahyaningsih dan Toto Rahardjo dengan Sekolah Sanggar Anak Alam. Kedua sekolah ini berlokasi di Yogyakarta dan masih aktif berfungsi sebagai tempat pendidikan. Buku setebal 518 halaman ini dibagi menjadi empat belas bab. Topik pokok pembahasan meliputi konsep pendidikan emansipatoris, konteks sejarah pendidikan, pembahasan program pendidikan, dan guru yang melakukan emansipasi siswa.

Hal ini juga mencakup organisasi dan manajemen sekolah independen serta praktik pendidikan organisasi keagamaan. Selain untuk menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca, buku ini juga dilengkapi bagian untuk guru yang berisi artikel-artikel tentang pengalaman dan perjalanan penulis, disajikan secara komprehensif, lugas, sederhana namun penuh makna.

Meski bisa dibilang tebal, namun dari segi layout buku ini tidak mengecewakan. Buku ini juga dilengkapi dengan tabel dan gambar untuk memperjelas artikel dan topik pembahasan. Tentu saja penggunaan bahasa Indonesia menjadi faktor penting agar buku ini mudah dibaca dan dipahami. Namun ada juga istilah yang ditulis dalam bahasa Inggris tetapi ini adalah istilah yang umum dan sering didengar.

Tentu saja saya berharap buku ini dapat memperkaya pengetahuan pembaca tentang konsep pendidikan pembebasan siswa. Sebagaimana penulis sampaikan, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sebagai bagian integral dari peradaban manusia di negara-negara di dunia akan semakin besar dan nyata di masa depan. Dan semua orang dapat berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan gratis ini. (*)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin