Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Bekasi Masih Belum Layak Huni

Foto udara Jalan Ahmad Yani Bekasi Selatan Kota Bekasi, Kamis (18/1/2024). ARIESANT/RADAR BEKASI  

RADARBEKASI.ID, BEKASILaju pembangunan di Bekasi meningkat pesat. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, aksesibilitas dan berbagai infrastruktur pendukungnya makin memudahkan masyarakat yang tinggal di Bekasi. 

Namun masih ada beberapa aspek yang belum terpenuhi, pemerintah daerah juga perlu memperhatikan imbas pembangunan yang berjalan semakin cepat.

 

Bagi warga yang berencana tinggal di Kota maupun Kabupaten Bekasi, tidak sulit untuk menemukan kawasan perumahan dengan akses jalan bebas hambatan, atau menemukan hunian vertikal yang kini dekat dengan simpul transportasi umum. Pusat perbelanjaan tradisional dan modern, fasilitas kesehatan, pendidikan, hingga kawasan elit dapat dengan mudah dijumpai.

 

Pada aspek pelayanan masyarakat, sebagian besar sudah berbasis digital. Ruas jalan utama, apalagi di pusat kota hampir bisa dipastikan mulus, meskipun pengguna jalan hampir dipastikan akrab dengan kemacetan.

 

Selain itu, tidak jarang dijumpai jalan lokal hingga jalan lingkungan yang bergelombang dan berlubang. Bekasi mesti segera menentukan identitas untuk membranding daerahnya, Kota Bekasi selama identik dengan perdagangan dan jasa, sementara Kabupaten Bekasi identik dengan kota industri.

 

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga menilai pembangunan infrastruktur Bekasi secara umum masih jauh dari kaidah kota layak huni. Dimulai dari pedestrian yang tergolong belum nyaman bagi pejalan kaki, jalur pesepeda yang masih minim, transportasi publik yang belum terintegrasi.

 

Berikutnya adalah sampah yang belum dikelola dengan baik, polisi udara, air, dan suara, hingga sarana rekreasi bagi warganya yang belum menurut Nirwono belum nampak.”Indikatornya sederhana, yakni tertib tertata kotanya, bersihnya kota, dan sehat bahagia warganya,” katanya.

 

Kemudahan masyarakat untuk bergerak dari Bekasi ke wilayah lain maupun sebaliknya perlu ditunjang oleh transportasi publik yang andal. Diketahui, sebagian warga Bekasi adalah masyarakat commuter, bekerja di daerah sekitar, terlebih ibu kota Jakarta.

 

Tidak sulit bagi masyarakat untuk mencari simpul-simpul transportasi publik seperti Commuter Line, LRT, Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Transjakarta, atau angkutan massal lainnya. Hanya saja, belum didukung oleh transportasi dalam kota yang memadai dan terintegrasi.”Harusnya didukung oleh transportasi publik yang andal atau terpadu. Penyediaan hunian vertikal di sekitar stasiun, terminal, atau halte,” ungkapnya.

 

Penataan kota ini menimbulkan permasalahan, salah satunya banjir yang setiap tahun menghantui warga di berbagai titik. Awal tahun ini, warga Bekasi baik Kota maupun Kabupaten telah merasakan bencana tahunan ini.

 

Penanganan banjir menurut Nirwono tidak sulit jika pemerintah daerah serius mengelola air dengan cerdas. Mengendalikan kelebihan air dengan cara menampung dan meresapkan air ke dalam tanah, sehingga tidak menjadi penyebab banjir di musim penghujan, atau kekeringan pada musim kemarau.

BACA JUGA: Pj Bupati Dani Ramdan dan Sekda Junaedi Harap Radar Bekasi Beri Edukasi-Bangun Budaya Literasi

 

Selanjutnya adalah pembenahan badan sungai, menata drainase kota, mengembalikan fungsi serta menambah embung atau waduk untuk menampung air.

 

Setelah memenuhi kaidah kota layak huni, Bekasi perlu mempersiapkan diri saat Jakarta menjadi pusat perekonomian saat tidak lagi menjadi ibu kota negara. Bekasi juga bisa ambil peran dalam kawasan regional Jabodetabekjur.

 

“Bekasi sebagai penyangga jakarta dapat berperan penting seperti menyediakan hunian terjangkau buat pekerja Jakarta didukung transportasi publik yang andal rel dengan mengoptimalkan KRL, LRT, dan kereta cepat,” tambahnya.

 

Perkembangan Bekasi memang tidak kalah dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Terlebih Kota Bekasi, diuntungkan dengan beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) yang melintas di Kota Bekasi.

 

Dari sisi ekonomi, jumlah 2,6 juta penduduk Kota Bekasi menjadi potensi pasar yang menjanjikan, bagi usaha kecil hingga besar di sektor perdagangan dan jasa. Besaran upah minimum (UMK) juga menjadi daya tarik, dimana saat ini upah terbesar di antara kabupaten dan kota ditempati oleh Kota Bekasi.

 

“Kita banyak diuntungkan. Pertama kita dilalui oleh proyek strategis nasional, kedekatan dengan pemerintah pusat. Kedua, kita ini boleh dikatakan di dalamnya adalah perdagangan dan jasa, pertumbuhan ekonomi cukup bagus,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bekasi, Junaedi.

 

Mengulas sektor infrastruktur, ruas jalan di Kota Bekasi seluruhnya telah terhubung, sebagian besar dalam kondisi mulus. Namun, Pemerintah Kota (Pemkot) harus berjibaku dengan lanjut pertumbuhan kendaraan yang sangat pesat.

 

“Dengan laju pertumbuhan jalan yang kurang, kita harus pandai mengatur. Terutama adalah rekayasa lalu lintas, persimpangan-persimpangan, simpul-simpul kemacetan, itu harus terus kita lakukan,” paparnya.

 

Keberadaan PSN nampak memberi dampak pada investasi, beberapa hunian vertikal saat ini tengah dibangun di sekitar stasiun LRT. Total ada empat stasiun LRT di Bekasi, mulai dari Jatibening Baru, Pondok Gede hingga Jatimulya, Bekasi Timur.

 

Selain memberi dampak positif terhadap investasi, juga menyisakan Pekerjaan Rumah (PR) bagi Pemkot untuk menyediakan transportasi yang terintegrasi. Junaedi menyampaikan bahwa Pemkot Bekasi akan meningkatkan pelayanan dan kenyamanan masyarakat yang tinggal di Kota Bekasi seiring dengan laju perkembangan kota yang terus bergerak.

 

“Nah itu harus juga menyiapkan TOD, radius 800 sekian meter kita menyiapkan kaitan dengan transportasi terpadu itu,” tambahnya.

BACA JUGA: Pesan CEO Radar Bogor Group Hazairin Sitepu: Radar Bekasi Tidak Cenderung Berlebihan pada Satu Pihak

 

Selain itu, keberadaan Perguruan Tinggi Negeri di Bekasi juga harus menjadi perhatian serius pemerintah.”Dulu pernah kita mau mencoba kaitan dengan Universitas Islam 45 untuk kita naikkan statusnya negeri, pernah kita wacanakan itu,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bekasi, Junaedi.

 

Kehadiran perguruan tinggi di Bekasi menurutnya adalah kebutuhan penting untuk memfasilitasi lulusan Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (SMA/K) melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Catatan Radar Bekasi, putra-putri Kota Bekasi selama ini melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri di beberapa daerah seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.”Ini tentu harus kita lanjutkan, harus kita tindaklanjuti supaya terwujud kampus negeri. Itu kita butuh memang, diantaranya mungkin cikal bakalnya adalah Unisma,” tambahnya.

 

Perkembangan kota yang sangat pesat ini sebelumnya juga menjadi perhatian Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi, Adhika Dirgantara. Ia menyebut investasi pihak swasta mendorong Kota Bekasi berkembang dengan cepat.”Artinya pengembangan perumahan-perumahan besar, properti-properti besar itu lah yang mendesain kota kita hari ini,” ungkapnya.

 

Untuk itu ia mengingatkan agar kontrol pemerintah harus menjadi perhatian di tengah pembangunan yang bergerak masif, dimulai dari kedisiplinan terhadap penataan ruang.

 

Pembangunan fisik juga dinilai harus berjalan beriringan dengan pembangunan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang unggul diyakini akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, terlebih di era serba digital.”Kita harus mendalami bagaimana sumber daya ini bisa kita kembangkan sehingga mempunyai dampak positif terhadap kota kita,” tambahnya. 

 

Sementara itu, hingga saat ini Bekasi belum memiliki museum. Sejarawan Bekasi, Ali Anwar menyampaikan bahwa keberadaan museum sangat berharga sebagai sarana edukasi hingga penelitian. Pemerintah memiliki peran besar menyediakan fasilitas tersebut bagi masyarakat.

 

“Sehingga benda itu nanti ketika ditaruh di museum, benda itu bisa berbicara. Bisa dijelaskan,” katanya.

 

Beberapa benda peninggalan masa lampau akhir-akhir ini ditemukan di Bekasi, salah satunya peralatan mesin penggiling tebu di wilayah Bekasi Utara. Benda ini telah dilakukan penelitian awal oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Bekasi, menjelaskan fakta keberadaan kebun tebu di sepanjang Kali Bekasi pada masa lampau.

 

Setidaknya ada tiga peninggalan bersejarah yang ditemukan di Bekasi, saat ini berada di museum nasional. Ketiganya adalah situs Buni Sani, prasasti tugu, dan prasasti Kebantenan.

 

Tahun lalu kata Ali, wacana pembuatan museum di Kota Bekasi sempat dikemukakan. Perencanaan pembangunan museum tersebut sudah sampai di tahap penyusunan Detail Engineering Design (DED), akan dibangun di kawasan Islamic Center Kota Bekasi.

 

Sebagai alternatif, Pemerintah Kota dan Kabupaten Bekasi bisa saja bekerjasama untuk mengembangkan museum yang saat ini berdiri di Kabupaten Bekasi, tepatnya di gedung juang. Ali menyebut peninggalan sejarah di wilayah Kabupaten maupun Kota Bekasi tidak jauh berbeda, kerjasama ini jika dilakukan lebih menarik dibanding harus membangun museum baru.

Pengembangan selanjutnya, kedua kemarin daerah bisa mengembangkan museum digital. Saat ini, museum digital sudah dimiliki oleh Kabupaten Bekasi.Sementara Kota Bekasi, belum memiliki keduanya, baik museum dalam bentuk fisik maupun digital.”Sekarang ini museum itu selain dalam bentuk benda-benda yang terlihat, aja juga dalam bentuk digital. Jadi tidak perlu membutuhkan lahan yang begitu amat luas,” tambahnya. (sur)

 

 

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin