Berita Bekasi Nomor Satu
Opini  

Surat Terbuka Ketum HMI Cabang Bekasi untuk Presiden RI H. Ir. Joko Widodo

Kepada yang Terhormat, Presiden Republik Indonesia

Bapak H. Ir. Joko Widodo

 

Assalamu`alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Bapak Presiden Joko Widodo. Saya mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Mohon maaf lahir dan batin. Di tengah menyambut Hari Raya Idul Fitri juga di tengah pandemi Bapak Presiden harus tetap beraktivitas dalam menjalankan tugas Negara. Mudah-mudahan jiwa dan raga Bapak Presiden tetap sehat menjalankan amanah besar dari rakyat Indonesia.

Bapak Presiden. Kami tahu tantangan Bangsa Indonesia semakin berat dan kompleks tentu juga menjadi beban berat yang harus dipikul Bapak Presiden sebagai Kepala Negara.

Bapak Presiden dan Tim Pembantu harus berfikir keras mengatur strategi agar tantangan tersebut dapat dipecahkan titik permasalahannya melalui kewenangan yang Bapak miliki.

Tantangan negara yang sedang dihadapi sekarang ini, yaitu pandemi Covid-19 menjadi ancaman kesehatan manusia di seluruh dunia, tidak terkecuali bagi rakyat Indonesia. Karenanya mengakibatkan luluh-lantahnya aktivitas masyarakat yang berdampak kepada sektor ekonomi, sosial, politik dan agama.

Satu langkah saja Bapak Presiden salah menginjak posisi dalam mengambil kebijakan tentu respon publik akan cepat bereaksi. Apalagi dengan kemajuan teknologi informasi. Kita tahu begitu cepat dan mudah informasi tersebar luas di masyarakat. Maka ketelitian dan ketepatan dalam mengambil kebijakan menjadi pertimbangan utama.

Bapak Presiden tentu saya menghargai dan mengapresiasi karya dan kinerja Bapak selama menjadi Presiden Republik Indonesia. Waktu luang Bapak tersita habis untuk Bangsa dan Negara Indonesia. Sampai ibunda tercinta wafat. Dimana suasana kondisi sedang berduka. Esoknya hari Bapak Presiden kembali beraktivitas. Semoga pengabdian Bapak Presiden menjadi catatan amalan baik di sisi Allah SWT. Ammmin, Yaa Rabbal `Alamiin.

Bapak Presiden, saya mengikuti perkembangan dan fenomena yang berkembang di tengah masyarakat dalam menghadapi Pandemi Covid-19.

Bapak Presiden harus akui bahwa ada kelemahan dalam mengatasi Covid-19 ini. Baik dari aspek pencegahan, penanganan bahkan dalam membantu masyarakat yang terdampak dari Covid-19.

Distribusi bantuan sosial di berbagai daerah mengalami kesemrawutan. Harus diakui koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah sangat lemah. Antara instansi terkait dalam menangani pandemi ini juga lemah. Banyak keputusan-keputusan yang membingungkan masyarakat. Tentunya Bapak Presiden harus akui itu.

Dengan dinamika yang terjadi di tengah masyarakat tentang wabah penyakit yang dihadapi tentu saran dan kritik yang berkembang di masyarakat kiranya harus menjadi energi positif dalam keberlangsungan roda pemerintahan yang Bapak Presiden pimpin.

Di tengah Pandemi Covid-19 ini berdampak  ke berbagai sector, di antaranya ekonomi, sosial, politik dan agama yang tadi di awal saya sampaikan. Karena hal ini berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.

Misal dalam aspek ekonomi, kita tahu bahwa selama Pandemi Covid-19 ini belum berakhir beberapa jenis pelaku usaha yang gulung tikar, sektor industri, pariwisata, moda transportasi (terutama transportasi darat), juga ikut terdampak. Banyak karyawannya diberhentikan, dirumahkan, putus kontrak, dll. Banyak UMKM tutup tak lagi punya penghasilan normal. Warteg-warteg, warung kopi dan sejenisnya di kota-kota besar termasuk di Bekasi tutup akibat pemberlakuan PSBB.

Saya yakin soal ini, Bapak Presiden banyak terima kritikan dari kalangan masyarakat. Sabar Pak, Sabar! Jangan gunakan kekuasaan untuk menangkap orang-orang yang mengkritisi kebijakan Bapak. Ini menjadi tantangan Bapak dan Tim Pembantu agar roda perekonomian pulih kembali.

Sisi lainnya dalam aspek sosial, aktivitas masyarakat dengan sementara waktu dikurangi. Masyarakat diimbau untuk tetap beraktivitas di dalam rumah yang sering dikampanyekan.

Kemudian yang fenomenal dalam aspek sosial mungkin soal mudik. Masyarakat ramai bicara soal mudik yang memang menjadi tradisi masyarakat muslim ketika bulan puasa berakhir.

Namun ada anjuran dari pemerintah agar tidak melakukan mudik. Banyak spekulasi juga oleh pemerintah tentang mudik yang  membingungkan masyarakat. Tentu ini juga salah satu kelemahan, Bapak Presiden.

Di tengah pandemi menjadi ancaman juga bagi keberlangsungan pendidikan. Selama pandemi, pelajar tidak bisa sekolah normal, melainkan harus belajar melalui televisi atau secara online.

Mekanisme itu belum bisa diakses oleh seluruh pelajar Indonesia karena banyak hal yang mempengaruhi hal tersebut, misal jangkauan internet yang kurang bisa diakses, tidak ada televisi, tidak ada smartphone dll. Jangan dipungkiri. Itu masih terjadi di masyarakat kita, Bapak Presiden.

Tidak berhenti dalam fenomena itu. Pembagian sembako atau bantuan sosial di masyarakat terjadi banyak polemik. Pada saat pendistribusian desak-desakan banyak orang berkerumunan, selain itu banyak juga data yang tidak akurat data penerima bansos tersebut (ada warga yang sudah meninggal, warga yang sudah pindah alamat masih terdata) tentu ini semua masalah Bapak Presiden harus diakui.

Saya yakin dalam aspek sosial, Bapak Presiden banyak terima kritikan dari kalangan masyarakat. Sabar Bapak Presiden, Sabar! Jangan gunakan kekuasaan untuk menangkap orang-orang yang mengkritisi kebijakan Bapak. Ini menjadi tantangan Bapak Presiden dan Tim Pembantu.

Tak kalah pentingnya dalam perhatian pada aspek keberlangsungan agama. Saya yakin masyarakat Indonesia yang beragama menganut keyakinan Tuhan Yang Maha Esa. Sangat rindu untuk bisa beribadah di tempat-tempat ibadah.

Tidak hanya mall dan tempat transportasi yang Bapak kunjungi untuk melihat kesiapan adaptasi roda perekonomian. Tetapi tempat-tempat ibadah kiranya Bapak bisa kunjungi karena aspek spiritual bagi keberlangsungan hidup manusia juga aspek penting. Karena kita masyarakat beragama. Bukan masyarakat Ateis.

Saya yakin Bapak Presiden banyak terima kritikan dari kalangan masyarakat soal keberlangsungan agama. Sabar Bapak Presiden, Sabar! Bukankah Rasulullah SAW. dalam menjalankan dakwahnya mengalami banyak tantangan?

Dalam aspek politik, tentu banyak orang yang tidak sependapat dengan kebijakan Pemerintah yang dipimpin oleh Bapak Presiden, termasuk kami di kalangan mahasiswa yang sering unjuk rasa.

Bagaimana tidak untuk mengkritisi kinerja dan kebijakan, di tengah pandemi saja pemerintah bersama DPR menaikkan BPJS, mengesahkan berbagai RUU yang masih berpolemik di masyarakat,

Mahasiswa dan akademisi mau diskusi dan menjadi aktivitas ilmiah di kalangan mahasiswa, anak buah Bapak mengintervensi atas kegiatan tersebut. Sehingga pihak  kampus pun merasa ketakutan.

Seolah-olah Bapak Presiden dan Tim ketakutan kehilangan legitimasi politik dari rakyat Indonesia. Saya kira sepanjang masih ranah ilmiah Bapak Presiden dan Tim tak usah intervensi sejauh itu. Toh diskusi itu sangat terbuka untuk siapapun. Termasuk Bapak Presiden jika ada waktu bisa menyimak.

Sabar Bapak Presiden, Sabar! Jangan gunakan kekuasaan untuk menangkap orang-orang yang mengkritisi kebijakan Bapak dan Tim. Jika demikian Orang banyak ketakutan pada saat mengekspresikan dan mengkritisi kebijakan Bapak Presiden dan Tim. Padahal itu bisa menjadi energi positif dalam keberlangsungan roda pemerintahan.

Mungkin saja Bapak Presiden tidak tahu soal diskusi virtual yang diintervensi oleh anak buah Bapak. Tidak hanya diintervensi bahkan diteror. Sungguh Kami sangat menyayangkan atas peristiwa tersebut. Aktivitas kajian dan diskusi yang masih ranah ilmiah itu merupakan warna  indentitas tersendiri bagi kalangan mahasiswa apalagi mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi, baik internal maupun eksternal kampus.

Dimana letak nama mahasiswa kalau diskusi dan kajian tidak menjadi bagian dari benang almamater kampus? Membangun nalar berfikir yang konstruktif harus diasah melalui kajian dan diskusi, tidak bisa hanya baca buku saja. Kita harus berekspresi menata nalar dan berkomunikasi serta gaya kepemimpinan di ruang diskusi berbasis ilmiah sebagai insan akademis.

Bukankah ini hal yang positif Bapak Presiden? Jangan gunakan kekuasaan untuk menangkap orang-orang yang mengkritisi, berekspresi dan menilai kebijakan Bapak Presiden. Kebijaksanaan dalam memimpin pemerintahan sungguh amat dibutuhkan. Mudah-mudahan ini tidak terulang kembali.

Terakhir saya mau sampaikan, bahwa Pandemi Covid-19 telah menguras tenaga, pikiran dan materi tidak hanya untuk penyelenggara pemerintahan saja, tetapi juga masyarakat Indonesia yang terkena dampak wabah ini.

Banyak masyarakat yang kehilangan mata pencaharian sedangkan hidup harus berlangsung. Apakah Bapak Presiden melihat itu? Tantangan hidup masyarakat semakin berat, banyak persoalan baru setelah ada dampak wabah ini. Mereka hanya punya harapan kepada Tuhan melalui kebijakan Pemerintah.

Karena pada saat pemilu masyarakat terlibat aktif atas legitimasi yang mereka miliki untuk memilih, termasuk mandat yang Bapak miliki. Harus diketahui pada saat memilih tidak hanya mereka yang sehat, tetapi mereka yang sedang sakit atau pemilih disabilitas juga ikut memilih mereka berjuang di tengah keterbatasan kesehatan dan keterbatasan fisik untuk tetap datang ke ruang TPS untuk melegitimasi pemimpinnya.

Mudah-mudahan ini bisa merefleksikan di kala kampanye pemilu yang diikuti oleh Bapak Presiden tahun lalu.

Sekali lagi bahwa kritikan, berekspresi dan menilai kebijakan Pemerintah merupakan sirkulasi iklim pemerintahan. Presiden tidak boleh memusuhi, tidak boleh intervensi. Hal demikian menjadi warna dinamika dan kami Yakin itu resiko yang Bapak Presiden ketahui.

Terimakasih atas perhatiannya kami ucapkan banyak terimakasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Bekasi, 31 Mei 2020

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin