Berita Bekasi Nomor Satu

MUI Imbau Parpol Tak Mainkan Politik Identitas  

Sekretaris Umum MUI Kabupaten Bekasi Muhiddin Kamal

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bekasi mengimbau kepada elite partai politik maupun Bakal Calon Anggota Legislatif (Bacaleg) agar tidak memainkan politik identitas dalam berkontestasi, khususnya pada momentum bulan suci Ramadan saat ini. 

 

“Yang kita sorot membawa identitas atau nuansa agama kepada kegiatan-kegiatan politiknya. Misalnya saya akan membela Islam, apabila dapat dukungan,” ujar Sekretaris Umum MUI Kabupaten Bekasi Muhiddin Kamal kepada Radar Bekasi, Senin (27/3/2023).

 

Oleh karena itu, sambung Muhidin, jajarannya telah mengumpulkan pengurus dari 23 kecamatan di empat titik untuk mengawasi aktivitas politik selama bulan Ramadan, termasuk ucapan-ucapan yang disampaikan di spanduk maupun lainnya, khususnya yang berbau politik identitas. Menurutnya, keputusan ini hasil kesepakatan dengan para ulama maupun kyai di 23 kecamatan.

 

“Kalau ada partai mengucapkan selamat Ramadan, itu tidak berkaitan langsung. Yang berkaitan langsung itu, tidak mencoblos saya, agama ini akan rusak, persatuan ini akan hancur. Insya Allah 15 ramadan kita kumpulkan lagi pengurus MUI di 23 kecamatan,” katanya.

 

BACA JUGA: MUI Keluarkan Maklumat Ramadan, Ingatkan Pengelola THM hingga Warung Makan

 

Senada, Ketua PCNU Kabupaten Bekasi Atok Romli Musthofa menuturkan, semangat Ramadan ini bulan ibadah. Tentu sebagai orang Islam harus memberikan sepenuh waktu, tenaga, pikiran, guna memanfaatkan bulan ini untuk beribadah. Kemudian harus tahu fungsi masjid itu tempat beribadah. Alhasil, misalkan mau mengadakan aktivitas politik, jangan sampai di masjid.

 

“Saya kira walaupun ada aktivitas politik, ya jangan di masjid. Silakan cari tempat yang lain, karena masjid ini jemaahnya bermacam-macam. Sehingga rawan terjadinya gesek-gesekan,” ucapnya.

 

Pada kesempatan ini dirinya mengimbau kepada kader maupun pengurus PCNU yang masuk ke dalam ranah politik agar tidak melakukan aktivitas politik di masjid. Meskipun sebenarnya Atok menyakini, semua masyarakat NU sudah tahu itu. Dari hasil pantauannya, sampai sekarang tidak ada kegiatan yang sifatnya politik di masjid.

 

“Saya sangat menegaskan, pilihan politik boleh berbeda, tapi memanfaatkan Ramadan sebagai bulan ibadah harus sama. Jangan sampai Ramadan yang bulan penuh ampunan, menjadi tidak maksimal karena kepentingan politik masuk ke masjid,” tuturnya.

 

“Lebih baik memberikan makanan kepada masyarakat yang berpuasa, sambil memasang simbol-simbol partai. Karena memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, pahalanya besar sekali,” sambungnya. (pra)

 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin